Thursday, March 5, 2015





Sudah beberapa hari Andien tidak kelihatan di kamar. Biasanya, jam segini dia sudah duduk di depan Laptop. Kalau sudah begitu tidak ada orang yang berani mengganggunya. Walau hanya sekedar menawarkan secangkir teh.

INA : “Susan lo tahu enggak sih Andien pergi kemana, sudah dua hari dia enggak pulang!”

SUSAN : “Wah... gue enggak tahu, Na. Iya sih sudah dua hari dia enggak pulang!! Gue pikir lo tahu, Na. Atau jangan-jangan dia pulang ke Bandung, sengaja enggak kasih tahu kita. Karena takut dimintain oleh-oleh.”

INA : “Iiih…ngaco…makanan aja pikiran Lo! Gue ngerasa ada yang enggak beres sama Andien belakangan ini sikapnya agak aneh gitu deh..!!”

 SUSAN : “ehem..ehem..mulai deh sok misteri lama-lama lo..ketularan Andien….bentar-bentar misteri, lo tuh ya berdua sama aja, suka yang hal-hala yang Misteri!! Iiih amit-amit deh..!!”

INA : “Ssssstttt…Ya udah sekarang kita berdua masuk kamar Andien..yuk!”

SUSAN : “Mau Ngapain Na??”

INA : “Ya kita periksa aja San…siapa tahu ada sesuatu!!”

Dengan sedikit ragu akhirnya Susan mengikuti Ina untuk memeriksa kamar Andien, dan ketika Ina dan Susan memeriksa kamar Andien semuanya masih berada di tempatnya tidak ada yang berubah, terkecuali LAPTOP!

INA : “Susan…semua barang Andien ada disini..! Dan pakaiannya masih ada! Tapi kemana Andien?!”

SUSAN : “Hei…Ina..coba kesini! Laptopnya Andien enggak ada Na..!!”

INA : “Berarti dia pergi cuma bawa laptopnya,terus kemana Andien?!”

Ina duduk di tempat tidur Andien, Ina terlihat cemas karena ia tidak tahu keadaan Andien dan pergi tanpa meninggalkan pesan apapun.

INA : “Tapi kemana Andien..kalau dia pulang kebandung dia pasti bawa pakaian kotor kan tapi pakaian kotor Andien masih ditinggal
Susan dan Ina diliputi rasa penasaran karena Andien tidak berada ditempat Kost sudah dua hari juga tidak ada kabar apapun,Andien seperti menghilang,akhirnya merekapun kembali kekamarnya masing-masing.

Beberapa menit kemudian,terdengar seperti suara derit pintu terbuka dari arah kamar Andien.

“kkreeeeeek….kreeeeeeeekk!!

INA : “Susan suara apa tuh!!

SUSAN : “Itu Seperti suara pintu kamar Andien..Na..?!
 

INA : “Iya itu suara Pintu Andien…!!

SUSAN : “Ayo..Na kita temui Andien…!!

Ina dan Susan pun bergegas kekamar Andien,mereka berharap itu Andien dan ketika mereka sampai disana!!

INA : “Susan tidak ada siapa-siapa  disiini!!
 

Dengan mengedap-endap Ina dan Susan masuk kekamar Andien…

INA : “Disini tidak ada siapa-siapa Na…!!

SUSAN : “Terus tadi suaraaa..apa San….iiiiih..!

Susan langsung kembali kekamarnya dan disusul dengan Ina mereka berdua ketakutan karena tidak dapat menemukan Andien dikamarnya.

Sementara itu di tempat lain Andien sedang asyik disebuah tempat yang sangat sunyi sepertinya tempat itu jarang di kunjungi oleh orang lain Andien ditemani oleh gadis kecil yang membantunya membuat cerita misteri gadis kecil itu tidak berbicara ia hanya menulis setiap kata-kata untuk Andien,lalu Andien menyalinnya kedalam tulisannya.

“Lalu bagaimana De..cerita selanjutnya kakak sudah Hampir Selesai nih..”
 

Andien berbicara dengan gadis kecil itu, akan tetapi gadis kecil itu hanya terdiam dan langsung pergi meninggalkan Andien Sendiri!

Andien berfikir mungkin saja gadis kecil itu merasa terganggu olehnya,itu sebabnya gadis kecil itu tidak merespon ucapan Andien hanya pergi begitu saja.
 

lalu dengan setengah berteriak Andien mencoba berkomunikasi dengan anak kecil itu yang terus berlari masuk kedalam hutan.

“yah..sudah Deee..tidak apa-apa kakak pergi dulu…yaaaaaa!!!,besok kita bertemu lagiiii disini”

akan tetapi gadis kecil itu sama sekali tidak memperdulikan ucapan Andien dia hanya terus berlari dan menghilang ditelan gelapnya malam yang disertai kabut tebal.

Andien bersiap untuk pulang dan menutup kembali Laptopnya lalu pergi meninggalkan tempat itu hanya butuh satu jam dari hutan itu menuju tempat kost Andien.

Sesampainya Andien di tempat Kost ia langsung meletakan Laptopnya,lalu pergi kedapur untuk mengambil air minum,baru saja andien menenggak air minumnya,

Tiba-tiba….”Praaaaaaangg!!

Suara gelas jatuh ke lantai, Andien kaget bukan main hampir saja ia tersedak!

Susan: “Andien?”

Andien: “Iya, ini gue, Andien. Kenapa sih bikin gue kaget aja?”

Susan masih tetap tidak percaya sewaktu melihat Andien ada di hadapannya.

Andien: “Susan, udah nggak perlu bengong gitu. Gue emang seksi, tapi lo nggak perlu lihat kayak gitu juga kali, hehehe…”

Susan: “Ishh, lo tuh narsis banget! Lo dari mana aja sih? Gue sama Ina nyariin lo. Kenapa lo pergi nggak bilang-bilang sama kita? Tauk-tauk lo muncul di dapur!”

Andien: “Oh, jangan sedih. Gue cuma jalan-jalan sebentar, ke suatu tempat yang sunyi dan senyaaaapppp, hehehe… udah ah nggak usah dibahas lagi mending tidur. Udah malam besok ada kuliah pagi. Doseeeeen Kileerrr!”

Susan masih jengkel, karena seolah-olah Andien acuh dengan kekhawatiranya. Saat dia masih berdiri di dapur, sementara Andien sudah pergi dan kembali kamarnya.

Susan: “Ishh, nih anak nggak ngerasa dikhawatirin! Malah pergi gitu aja lagi. Nyebeliiiin!!!”

Tapi, akhirnya, Susan pergi mengikuti Andien, yaitu back to the room setelah mengambil segelas air minum.

***

Keesokan harinya.

Andien: “Hei, selamat pagi semua. Lho, kenapa masih pada bengong? Dimakan tuh sarapannya jangan diliatin aja!”

Susan dan Ina mematung tanpa kata. Mereka masih diliputi penasaran, kenapa andien pergi diam-diam dan ke mana? Tidak seperti kebiasaan Andien. Sebelum-sebelumnya, jika pergi dia selalu pamit. Tapi, kemarin tidak!

Susan: “Andien! Lo, sekarang jawab pertanyaan kita. Jujur ya! Selama dua hari lo ke mana?”

Andien: “Aduh Susan, kan udah gue bilang semalam kalau gue pergi ke suatu tempat. Emang masih belum jelas?”

Ina: “Maksud kita, ke suatu tempatnya itu di mana? Kita udah nyangka kalau lo itu kabur atau diculik orang. Untung kita belum lapor polisi.”

Andien: “Iya, deh sorry. Ya, udahlah. Ayo ke kampus. Nanti telat, nggak dapet ikut kelas si dosen iler, eh killer.”

Susan: “Apa yang sebenernya lo sembuyikan dari kita?”

Andien: “Nggak ada yang gue sembunyiin dari kalian berdua. Gue pergi ke suatu tempat yang sepi untuk mencari inspirasi. Gue mau menulis cerpen horor!”

“Menulis cerpen horor?” Susan dan Ina saling bertatapan, bingung dengan sikap Andien. Sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam tak ada lagi pertanyaan yang keluar dari mulut mereka, setelah sampai dikampus mereka pun berpisah
***

Malam harinya.

Ina: “San, lo ngerasa malam ini berbeda nggak sih?”

Susan: “Kayaknya sih, iya, Na. Dari tadi gue juga ngerasain hal sama, kayaknya dingin banget malam ini.”

Tiba-tiba dari kejauhan Susan, melihat seorang gadis kecil masuk ke kamar Andien.

Susan: “Eh, Na, lo liat anak kecil tadi yang lewat sini yang masuk ke kamar Andien nggak?”

Ina: “Hah, kapan? Nggak ada siapa-siapa dari tadi, San.”

Susan: “Barusan! Yakin nggak liat lo?”

Ina hanya menggelengkan kepalanya, karena ia tidak melihat apapun. Suasana pun berubah
 spooky, ketika mendadak muncul seorang gadis kecil di hadapan Susan, sambil menggendong boneka Lusuh. Susan pun menjerit sekuat tenaga.

Susan: “Arghhhh!!!”

Susan segera menggeser tubuhnya menjauhi gadis kecil itu. Dia kaget bukan main, karena gadis kecil itu mendadak muncul di hadapannya. Ina yang tidak melihat gadis kecil itu, bingung dengan ekspresi Susan yang seperti orang ketakutan. Ina mencoba mendekati Susan untuk menenangkannya.
 

Ina: “Susan, ada apa?”

Susan: “Itu, ada anak kecil.”

Ina: “Anak kecil? Mana? Ishh, San, jangan bikin gue takut dong!!!”

Susan: “Naaa, dia ke sini!”

Susan berusaha menutupi wajahnya dengan bantal sofa. Susan ketakutan betul demi melihat sosok gadis kecil itu. Wajah gadis kecil itu terlihat pucat dengan rambut panjang sebahu, tatapan mata yang tajam, dan membawa sebuah boneka sudah lusuh yang juga tidak kalah menyeramkan—seperti boneka Chucky.

Bagaimanakah kejadian selanjutnya? Apakah gadis kecil pembawa boneka itu akan membunuh Susan serta Ina? Atau mereka berdua justru tunggang langgang ketakutan? Ikuti keseruannya dalam
 
Sambil berteriak-teriak Susan masuk ke dalam kamarnya dan langsung mengunci pintu kamar. Tetapi, gadis kecil itu terus mengikuti Susan. Bersamaan dengan itu, boneka yang berada di pelukan gadis kecil itu pun turun dan terus mengampiri Susan. Dan terus naik ke atas tubuh Susan. Setelah itu, boneka tersebut mencabik-cabik baju Susan.

Susan mencoba untuk menghalau boneka itu, akan tetapi boneka itu justru menggigit pergelangan tangan Susan hingga nyaris putus. Darah segar langsung menyembur keluar dari pergelangan tangan Susan.

Susan terus berlarian ke sana ke mari ke seluruh ruangan kamarnya, demi menghindari boneka tersebut dan gadis kecil itu hanya memandangi boneka itu. Boneka itu tidak memberi Susana kesempatan sedikitpun, terus menyerang Susan.

Beberapa menit kemudian, sudah tidak terdengar lagi teriakan dari dalam kamar Susan. Sejak tadi Andien dan Ina berusaha mendobrak pintu kamar Susan, tetapi pintu kamar Susan tidak bisa terbuka. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya pintu kamar Susan berhasil dibuka. Ketika  pintu kamar terbuka Ina langsung pingsan tidak sadarkan diri melihat keadaan Susan yang sudah terbujur kaku bersimbah darah dengan mata tertutup dan dari pelupuk mata Susan keluar darah segar. Tanpa membuang waktu Andien langsung menghubungi polisi.

Keesokan harinya, Andien dan Ina diminta datang ke rumah sakit karena harus mengurus Jenazah Susan.

Ina: “Andien, ada apa ini? Kira-kira siapa yang membunuh Susan?” [matanya sembab, menahan tangis dan takut.]

Andien: “Mana gue tahu, Na? Gue sendiri aneh dengan peristiwa ini.”
 

Ina: “Soalnya ini semua aneh. Pertama elo menghilang tiba-tiba selama dua hari. Lalu, nongol begitu aja tanpa penjelasan yang bisa gue pahami. Sekarang? Oh, Tuhan apa yang terjadi dengan Susan?”

Andien: “Waktu kejadian kan elo yang ada di TKP? Emang gimana ceritanya?”

Ina: “Aduh, otak gue blur semua. Gue takut banget, Ndien. Tapi, … oiya, gue baru inget. Sebelum kejadian, kata Susan, dia ngelihat seorang gadis kecil yang membawa boneka. Padahal, gue nggak lihat apa-apa.”

Andien: “Yakin lo?”

Ina: [Mengangguk-angguk, memastikan.] “Gue emang nggak ngeliat, tapi habis berkata itu Susan langsung ngacir ke kamarnya. Dan gadis kecil itu membuntuti hingga kamarnya. Terus… terus… elo dan gue…” [Ina tidak melanjutkan kata-katanya lagi. Karena, kejadian berikutnya mereka sudah tahu.]

Andien langsung menginjak rem mobilnya. Gadis kecil yang diceritakan oleh Ina mirip betul dengan gadis yang selama ini membantunya menulis cerita misteri (atau cerpen horor, red.)
 

Andien: [Terlihat menggigit bibir bawahnya.]

Ina : Ina yang melihat sikap Andien, langsung bertanya. “Elo pernah melihat anak kecil itu juga, Ndien?”

Karena tidak ingin mengetahui kebenarannya, Andien langsung mengalihkan pembicaraan. Satu jam kemudian, mereka tiba di rumah sakit dan mereka langsung pergi menuju kamar mayat. Setibanya disana, seorang penjaga kamar mayat menjelaskan pada Andien dan Ina, bahwa Susan kehilangan satu matanya! Mendengar hal itu, Ina dan Andien langsung muntah-muntah. Rasa mual menguasai perut mereka. Kemudian, mereka segera keluar ruangan, karena tidak tahan lagi melihat keadaan jasad Susan yang begitu mengenaskan.

Andien: “Mengapa ini terjadi pada Susan? Benarkah gadis kecil itu pelakunya? Tapi, apa alasannya?! Susan tidak salah aku yang salah!” [kata Andien di dalam hatinya.]

Dia menyesali perbuatannya. Gegara ulahnya, sohib kentalnya menjadi korban. Andien pun meninggalkan Ina sendirian di rumah sakit. Tanpa sepengetahuan Ina, Andien kembali ke kos. Dia ingin mencari tahu apa yang telah terjadi sebenarnya.

Apa yang terjadi sebetulnya? Kenapa Andien menyalahkan dirinya sendiri? Apa ada hubungannya dengan kepergiaannya selama beberapa hari dan tulisan cerita misteri-nya (baca: cerpen horor)? Penasaran kan? Baca kelanjutannya dalam Misteri Genderang dan Gadis Kecil Part 4.


Tidak berapa lama kemudian Andien tiba di tempat kosnya. Dia langsung masuk kamar dan menguncinya rapat-rapat. Setelah itu, dia duduk bersila, seperti orang yang sedang melakukan sebuah ritual khusus. Andien memang mempunyai kelebihan khusus yang diturunkan oleh kakek buyutnya untuk masuk ke dunia lain untuk berkomunikasi langsung dengan makhluk astral.

Tiba-tiba tubuh Andien bergetar hebat, dan keringat keluar dari dahinya. Setelah beberapa menit Andien seperti tertidur pulas. Namun, rohnya berjalan-jalan ke sebuah hutan yang cukup angker. Tidak ada seberkas cahaya sedikit pun.

“Hei, bocah keluar kamu! Apa yang kamu lakukan dengan sahabatku? Mengapa kamu kamu membunuhnya? Apa alasannya?!”

Sudah beberapa kali Andien berusaha memanggil gadis kecil itu. Sayangnya, gadis kecil itu tidak kunjung menampakkan wujudnya. Andien mengeluarkan sebuah genderang kecil dan menepuk-nepuknya.

“Duuung… duuung… duuuuuung… duuuung!!!”

Setelah beberapa kali Andien memainkan Genderangnya munculah gadis kecil itu sambil menari-nari, berputar-putar seperti sedang berdansa,lalu Andien menghentikan Genderangya!dan gadis kecil itupun berhenti menari dengan wajah tertunduk!

Perlahan andien menghampiri gadis kecil itu dan ketika andien membalikan tubuh gadis kecil itu tiba-tiba ia berteriak….dan suara teriakan gadis kecil itu sungguh membuat telinga Andien terasa mau pecah, (teriakan gadis kecil itu hampir mirip dengan teriakaan anak kecil pada film JUON )

“aaaaaakhahaaaaaaakahhaha!!”

Andien langsung tersungkur sambil menutup kedua telingannya lalu ia memberanikan diri dengan balas teriaaaak kepada gadis kecil itu.

“Diaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaam!!!!!!,aku tidak takut denganmu hei…gadis kecil!karena kamu telah membunuh sahabatku!!

Gadis kecil itu langsung menghampiri Andien ia berniat untuk membunuh Andien,

Andien terus meronta-ronta berusaha untuk bertahan akan tetapi tenaga gadis kecil itu lebih kuat dari Andien,akhirnya tidak ada lagi tenaga yang tersisa dari Andien dan Andien pun menyerah ketika gadis kecil itu mencekik lehernya , Andien hampir kehabisan nafas , wajah Andien sudah membiru,dan dari telinga Andien mulai mengeluarkan darah!!

Bersamaan dengan itu tiba-tiba saja cekikan itu terlepas dari leher Andien dan Andien berhasil di selamatkan,Andien diselamatkan oleh Kakek Buyutnya yang membatunya dari jarak jauh,lalu kakek buyut andien berusaha berkomunikasi dengan Andien melalui telepatinya!

“Andien…apa sebenarnya yang telah kamu lakukan!!kakek yakin kamu telah menyalah gunakan kemampuan mu yang telah kakek wariskan padamu!!!

Dengan sisa tenaga yang ia punya Andien berusaha menjawab telepati dari kakek buyutnya itu,dengan posisi duduk bersila lalu Andien memjamkan matanya dan ia mulai berkomunikasi dengan kakek buyutnya melalui telepati.

“Iiiiiyaa…kek…Andien Minta maaaaaaf,awalnya andien Cuma iseng saja,andien hanya ingin melampiaskan obsesi andien untuk menjadi penulis sebuah cerita misteri—sejenis
 cerpen horor, Andien hanya ingin ceritanya lain daripada yang lain,Lalu andien pergi kehutan itu setiap malam,Andien sungguh tidak menyangka kalau jadi seperti ini..!, dan sahabat andien jadi korbannya kek…sekarang apa yang harus andien lakukan?!

“Kamu harus mengembalikan GENDERANG kecil itu dan meminta maaf pada gadis kecil itu karena kamu sudah mengusiknya!!kamu tahu siapa gadis kecil itu?!

“Ti..ti..ti…dak kek, memang siapa dia kek?”

“Dia adalah gadis kecil penunggu hutan itu..!, ia di tinggalkan oleh orang tuanya karena orang tuanya malu mempunyai anak yang terlahir bisu,dan sejak saat itu tidak terdengar lagi kabar tentang keberadaan gadis kecil itu…!!,dia sudah cukup menderita semasa hidupnya lalu tiba-tiba dengan seenaknya kamu datang dan mengusik ketenangannya…!,cepat kembalikan GENDERANG itu ketempatnya sebelum ada korban lainnya..!!,karena gadis kecil itu sangat pendendam..!

“Baaaaikk..kek..andien akan kembalikan secepatnya!

Beberapa hari kemudian Andien kembali kehutan itu ditemani oleh Ina dan seorang ustad untuk mendoakan gadis kecil itu dan GENDERANG itu diletakan di dekat sebuah GUBUK dimana Andien sering bertemu dan bercerita dengan gadis kecil itu.

Sesaat setelah Andien meletakan Genderang itu dan Andien berada cukup jauh dari tempat itu ,tiba-tiba sayup-sayup terdengar dari kajauhan Genderang itu berbunyi,

“Duuuung…..duuuung..duuung..duuuuung…duuuuung”!!

Andien menoleh ke belakang ia melihat gadis kecil itu sedang menari-nari bersama bonekanya mengikuti alunan Genderang itu !l Andien hanya tersenyum melihatnya.
TAMAT



Friday, February 27, 2015






MISTERI GADIS BERGAUN MERAH

Cerita ini dimulai pada pertengahan tahun 2003, saat itu baru genap dua tahun aku menjadi karyawan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Di sebuah gedung perkantoran pencakar langit di Jakarta.

Dan selama aku bekerja di perusahaan tersebut aku sering mendengar cerita-cerita mistis. Menurut cerita mereka, ada sosok perempuan yang sering menampakkan diri pada jam kantor telah selesai, dan kebanyakan mereka yang sering mendegar atau melihat sosok perempuan itu, mereka yang sering bekerja over time (kerja Lembur) di kantor.

Dan malam ini tiba giliran ku bekerja lembur pekerjaanku sangat menumpuk. Karena, sudah dua hari aku tidak masuk kantor karena sakit. Jam di dinding kantor menunjukkan pukul 5 sore. Satu per satu dari rekan sekerjaku berpamitan padaku untuk pulang,

“Sheryl… kita-kita duluan yah… kamu lembur yah? Oiya, hati-hati loh, aku denger di kantor kita ini angker loh… sering ada penampakan cewek pakai gaun MERAH… iiihh!”

Mereka mencoba menakut-nakuti sebelum mereka pulang, tapi aku merasa tidak yakin apa benar apa yang mereka ceritkan itu. Dengan perasaan sangat yakin bahwa yang mereka ceritakan adalah hanya RUMOR, dan mungkin mereka hanya kebanyakan nonton film horor saja.

“Ishh, aku tidak takut. Itu kan cuma cerita misteri dari mulut ke mulut saja. Apa kalian pernah melihatnya sendiri? Belum kan?”

“Iiiiiih amit-amit deh… Jangan sampe kita liat yang kayak begituaaaan… mending ngeliat cowok-cowok keren.”

“Wew…semua orang juga maunya begitu Na, aneh-aneh aja nih si Mina.” Salah satu dari mereka nyeletuk.

“Yah sudah kalian pulang duluan sana!! Ganggu aja!! Hati-hati nanti kalian berpapasan dengan si gaun merah di lift!” gantian aku meledek mereka.

“Iiiiiiiih… amit-amit deh… udah yuk kita pulang, lama-lama horor juga di sini.“

Akhinya mereka pun pergi meninggalkan Sheryl sendiri di kantor, waktu sudah menujukkan pukul 6 sore dan Sheryl menghentikan pekerjaan sebentar karena ia harus sholat Maghrib.

***

Lima belas menit kemudian.

Sheryl sudah menyelesaikan kewajibannya sebagai umat muslim. Ia pun kembali melanjutkan perkerjaannya. Sheryl begitu serius dengan pekerjaan sampai-sampai ia tidak menyadari jam di dinding sudah menunjukkan pukul 20.00 wib. Tiba-tiba saja bulu kuduk Sheryl merinding dan udara di ruangan itu terasa bertambah dingin. Padahal AC kantor sudah hampir 30 derajat, akan tetapi rasa dingin ruangan tersebut seperti di bawah 15 derajat,

“Iiiiiihhh… kok perasaaan ku enggak enak yah, bulu kuduk ku merinding dan ruangan ini terasa sangat dingin. Apakah ini hanya perasaanku saja, karena terpengaruh cerita misteri teman-teman tadi ya? Apa halusinasiku saja. Ah, semoga semua ini hanya halusinasiku saja.”

Sheryl berbicara dalam hati dan berusaha meyakinkan dirinya kalau semua itu hanya halusinasinya saja. Ketika Sheryl akan pergi ke toilet. Tiba-tiba saja suara dering telepon kantor berdering keras sekali dan itu sempat membuat Sheryl terkejut.

Kring…

Setelah dering ke tiga Sheryl langsung mengangkat telepon tersebut.

“Halo?” Tidak ada jawaban apa-apa dari telepon itu dan Sheryl langsung menutup kembali telepon tersebut.

“Hmm, ada yang coba menakut-nakuti aku nih. Sorry, gw enggak takut!!”

Sheryl masih belum yakin dengan apa yang ia alami itu. Dia masih menyangka itu hanya ulah teman-temannya yang iseng dan hanya ingin menakut-nakutinya saja. Sheryl kembali ke meja kerjanya.

Lalu tiba-tiba terdengar dari arah pantry, seperti ada seseorang sedang membuat kopi. Lalu dengan jalan mengendap-ngedap, Sheryl pergi menuju pantry. Setelah sampai di pantry tidak ada siapa-siapa. Namun, masih ada kopi yang masih diseduh disana yang belum selesai dibuat. Barulah Sheryl mulai merasakan bulu kuduknya benar-benar merinding setelah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri. Karena, sebelumnya waktu dia ke pantry disana bersih tidak ada cangkir kopi.

Lalu Sheryl kembali ke meja kerjanya dan waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 wib. Ia mulai bersiap-siap untuk pulang, padahal pekerjaannya belum selsai Sheyl sudah mulai tidak nyaman berada dikantor lama-lama.

Ketika Sheryl sedang bersiap-siap. Jeng jeng… tiba-tiba Sheryl seperti melihat seseorang duduk di meja kerja Mina. Dengan perlahan-lahan, Sheryl pergi menuju meja kerja Mina. Ternyata benar ada seseorang duduk di meja kerja Mina. Sheryl langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Keringat dingin keluar dari dahinya. 

”Si... siapa dia??! Dan mengapa dia duduk disana??!” 

Dengan mencoba keberaniannya Sheryl mencoba untuk melihat kembali ke tempat itu. Ternyata dia masih disana dengan wajah menunduk dan dia tidak menggunakan gaun berwarna merah!! Dia menggunakan gaun putih bersih. Siapa dia? Belum pernah ada cerita tentang sosok wanita bergaun putih di kantornya.

Lalu dengan mnegendap-ngendap Sheryl ingin meninggalkan tempat itu. Ia sudah sangat ketakutan sekali. Sheryl pun berhasil keluar dari ruangan. Ia terus berlari dan berlari menuju lift. Ketika ia sedang menunggu pintu lift terbuka tiba-tiba ia melihat seseorang berdiri di pojok dekat pintu tangga darurat. Lalu, Sheryl menghampirinya dengan perlahan dalam hati Sheryl bercampur rasa takut dan rasa penasaran siapakah yang berdiri disana.

“Si….Si….Siapa kamu?!! Dan apa yang kamu lakukan disana?!! Dari kejauhan Sheryl berusaha untuk mencari tahu siapa sebenarnya dia. Lalu sosok itu pun menghilang. Sheryl semakin bertambah penasaran saja, ia terus mengikuti ke mana sosok berbaju putih itu pergi! Yang menambah penasaran Sheryl adalah dia sosok wanita berambut panjang dengan gaun putih, bukan merah seperti yang selama ini dia dengar. Lalu siapa siapa dia?

Tanpa sadar Sheryl sudah berada di lantai 10 turun tiga lantai dari ruang kantornya,

“Haah …ini aku sudah berada dilantai 10 dengan menuruni tangga darurat tiga lantai. Tapi kenapa aku tidak merasa lelah sama sekali? Dan mengapa sosok itu membawaku sampai ke lantai 10. Apa sebenarnya ia ingin tunjukkan padaku?”

Tiba-tiba saja sosok tersebut sudah berada tepat di belakang Sheryl. Sheryl sangat terkejut sekali tanpa sengaja ia sempat melihat wajah sosok tersebut dengan tatapan mata yang tajam dan darah mengalir dari kelopak mata dan mulutnya. Sosok itu terus mendekati Sheryl dan Sheryl terus menghindari sosok tersebut dan tiba-tiba sosok masuk ke dalam tubuh Sheryl. Lalu, dengan menggunakan tubuh Sheryl sosok tersebut keluar dari Kantor pergi menuju sebuah apartemen mewah yang letaknya tidak jauh dari gedung perkantoran tersebut untuk menemui seseorang di sana. Ternyata itu adalah apartmen teman sekantor Sheryl, yaitu Puput. Puput adalah gadis paling pendiam di kantor dan dia tidak banyak berintraksi atau lebih tepatnya puput adalah gadis yang tidak pandai bergaul. Puput sangat terkejut sekali, karena tiba-tiba Sheryl sudah berada tepat di pintu apartemennya.

“Sheryl? Ada apa kamu ke sini dan bagaimana kamu tahu kalau aku tinggal di apartemen ini karena aku tidak pernah mengatakan kepada siapapun kalau aku tinggal disini. Bahkan, bagian HRD saja hanya tahu alamat kampungku saja.” Dengan terheran-heran Puput terus memberondong pertanyaaan kepada Sheryl. Puput sama sekali tidak menyadari kalau Sheryl sudah kerasukan sosok wanita.

Tiba-tiba Sheryl menorobos masuk ke dalam dan duduk di sofa. Dengan tatapan mata tajam dia menatap Puput. “Kamu harus menolong saya, jika tidak aku tidak akan keluar dari tubuh ini, dan akan terus menganggu seisi gedung perkantoran itu!”

Puput langsung tersungkur jatuh di dekat sofa. Karena, dia baru menyadari kalau itu bukan Sheryl rekan sekantornya.

“Ta… tapi siapa kamu? Apakah saya mengenalmu dan apa hubungannya dengan saya?!”

“Yah, kamu sangat mengenal saya dan kamu lebih mengetahuinya!” suara sosok itu sangat berat dan mengerikan dan membangunkan bulu kuduk, siapapun yang mendengarnya.

“Yah tapi katakan siapa kamu?! Dan apa yang harus saya lakukan untuk menolong kamu?!”

“Aku Ruth, kamu ingat sekarang! Aku Ruth beberapa tahun lalu kalian telah membunuhku karena kalian cemburu padaku!” Tiba-tiba sosok itu keluar dari tubuh Sheryl. Dengan lemas Sheryl terjatuh ke bawah sofa dan pingsan. Sosok itu terus megejar Puput dengan berteriak-teriak Puput Minta tolong.

“Argh tidak, Ruth kumohon. Aku tidak bersalah, aku hanya tidak berani untuk melaporkan mereka ke kantor polisi. Karena mereka akan mengancam membunuhku jika aku melaporkannya. Aku mohon maafkan aku.”

Dan Sheryl mendengar semua pengakuan Puput. Karena sudah tersadar dari pingsan ketika mendengar teriakan dari Puput tadi.

“Sheryl tolong aku…aku tidak mau mati…toloooong aku Sheryl. Lindungi aku dari dia,” Namun, Sheryl tidak dapat menolong Puput. Karena wanita itu terus mendekati Puput. Ketika Sheyl akan menolong Puput sosok wanita itu terus menghalanginya.

“Sheryl, toolong aku. Aku tidak membunuhnya. Mina dkk yang melakukannya! Mereka yang membunuh Ruth, karena api Cemburu. Mina cemburu dengan Ruth. karena anak Bos lebih memilih Ruth. Padahal, Mina sudah mengincar lama Anak Bos. Pada saat Ruth sedang bekerja lembur, Mina dkk mengeroyoknya. Mereka lalu melempar tubuh Ruth dari atas gedung, sehingga seolah-olah Ruth bunuh diri. Aku menyaksikan semua itu tanpa berusaha mencegahnya karena aku terlalu takut. Mulai saat itu aku tidak berani lagi untuk bekerja lembur, karena Ruth akan selalu datang menganggu dengan gaun merah. Sebenarnya itu bukanlah gaun merah melainkan darah yang membasahi gaun putih kesayangannya.

“Maafkan aku Ruth, mungkin saat itu aku tidak dapat menolongmu. Tapi, kali ini aku berjanji akan menolongmu, aku akan melaporkan semuanya pada polisi, aku mempunyai cukup bukti untuk mencebloskan mereka ke penjara. Karena, aku mempunyai rekaman video kejadian itu, waktu itu aku merekam kejadian itu dengan ponselku dan aku telah memindahkan ke flashdisk-ku.”

Dan tiba-tiba sosok wanita itupun pergi menghilang dari hadapan mereka. Puput dan Sheryl pun kembali ke apartemen PUPUT. Mereka berdua terdiam. Mereka berpikir harus darimana memulainya karena kejadian itu sudah 4 tahun yang lalu dan Puput pun akan ikut masuk penjara, karena tidak buru-buru melaporkannya, kegalauan melanda hati Puput malam itu.

***

Keesokan harinya.

Puput dan Sheryl tiba di kantor polisi dan menyerahkan semua barang bukti kepada polisi. Lalu Mina dkk pun digiring paksa polisi dari kantor. Mereka sangat bingung sekali mengapa tiba-tiba polisi menangkap mereka. Pandangan Mina beralih kepada PUPUT dan ia baru mengerti kenapa ia di tangkap. Mina menyumpah-serapahi Puput dengan nada mengancam. 

Puput berdoa dalam hati semoga semua ini sudah berakhir dan Ruth tidak lagi menganggu orang-orang yang bekerja lembur. ”Selamat jalan Ruth semoga kamu tenang di alam sana.”[END]
CERPEN PERTAMAN KU

Berawal Dari Hoby Nonton Film HOROR terus iseng-iseng nulis CERPEN HOROR deh...dan Iseng-Iseng Lagi coba-coba cari Blog yang bisa Menampung PENULIS CERPEN HOROR AMATIRAN seperti aku yang bikin ceritanya cuma pas kebetulan ada di dalam  kepala terus coba-coba ditulis N' liat tuh di Bawah hasilnya :) :)

ini adalah cerpen pertamaku yang engga kelar-kelar sampe kurang lebih 2 atau 3 tahun gitu deh...
Bukan karena Susah ceritnya,...tapi waktunya ciiiin.....yg sok sibuk gitu deh..... CERITA DIBAWAH terinspirasi pada tahun sekitar 2010 an atau 2011 gitu deh lagi happening bgt tuh "SAMBUNG RAMBUT " atau bahasa kerenya "HAIR EXTENSION " coba deh dibaca-baca aja yah...enjoy it!!



 Misteri Hair Extension


Cerpen Horor ini ditulis oleh Mia Farida*


Setiap wanita ingin tampil cantik, setiap wanita ingin selalu dikagumi, dan setiap wanita ingin menjadi pusat perhatian setiap orang—baik laki-laki atau wanita. Karena, wanita pada kodratnya ingin selalu tampil cantik dan sempurna.

Kisah ini di mulai pada tahun antara tahun 2011, saya tidak terlalu ingat tahun berapa tepatnya, dan pada saat itu sedang marak hair extension atau penyambung rambut hampir di setiap salon terdapat hair extension dengan harga yang bersaing. Di setiap salon yang menyediakan fasilitas itu selalu penuh dikunjungi bagi wanita-wanita yang bosan dengan gaya rambut pendeknya dan ingin secara instan memiliki rambut panjang agar terlihat lebih cantik.

Lusi adalah salah satu dari wanita yang juga ingin tampil lebih cantik. Meskipun dia sudah cukup manis dengan rambut pendeknya. Dengan membawa hair extension sendiri, yang ia dapatkan dari seorang teman—menurut temannya, hair extention itu asli rambut manusia dan bukannya rambut sintetis.

Lalu, Lusi pun pergi ke salon langganannya, dan dia menyampaikan keinginannya itu kepada penata rambut langganannya untuk menyambung rambut pendeknya. Setelah se-jam rambut itu terpasang sempurna di kepala Lusi. Hasilnya, Lusi terlihat lebih cantik. Sempurna!

***

Satu bulan kemudian.

Setelah sebulan Lusi menggunakan rambut tersebut, Lusi sering bermimpi aneh dan menyeramkan. Dalam mimpinya itu, Lusi selalu didatangi sosok wanita misterius. Lusi sama sekali tidak mengerti, mengapa selalu bermimpi yang sama setiap malam. Lalu, timbul pertanyaan dalam hati Lusi, siapa wanita itu? Dan mengapa ia selalu bermimpi tentang dia? Dan di dalam mimpinya wanita tersebut terlihat begitu marah dan seperti menyimpan dendam.

Akhirnya, Lusi menemui Rara, teman yang memberikan rambut itu kepadanya. Lusi hanya ingin bertanya, mengapa setelah sebulan menggunakan rambut ini, ia selalu bermimpi buruk. Apakah ini hanya kebetulan atau memang ada sesuatu dengan rambut ini. Entahlah, itu harus dipastikan dulu kepada Rara. [klik di sini untuk membaca cerpen horor yang ditulis Mia Farida sebelumnya]

Lusi pun langsung mengambil mobilnya dan langsung pergi meninggalkan rumah menuju luar kota karena kebetulan rumah Rara temanya itu berada jauh di luar kota. Setelah menghabiskan dua jam perjalanan Lusi pun sampai di tempat yang dituju.

“Permisi. Permisi. Permisi.” sudah tiga kali panggilan Lusi tidak disahuti. Lalu Lusi melihat jam di tangannya. Waktu baru menunjukkan pukul 7 malam. Tidak mungkin orang-orang yang berada di dalam rumah tersebut sudah tidur.

“Permisi, apa ada orang di dalam?!”

Tiba-tiba saja pintu terbuka lalu keluarlah seorang wanita separuh baya.

“Ya, siapa yah?” tanya wanita paruh baya itu.

“Saya Lusi, teman Rara anak ibu. Ini rumahnya Rara kan, Bu?”

“Ya, benar ini rumah Rara. Ayo silakan masuk?”

“Maaf bu, saya agak buru-buru, karena hari sudah malam, bisa saya langsung bertemu dengan Rara? Karena ada yang saya mau tanyakan kepada Rara, penting sekali.”

Tiba-tiba wanita paruh baya itu terdiam, wajahnya terlihat sedih sekali, sesekali ia mengusap air matanya yang keluar tanpa terasa olehnya. Lusi terlihat sangat bingung melihat wanita paruh baya itu. ‘Mengapa tiba-tiba saja wanita itu menangis, apa ada yang salah dengan ucapanku?’ Lusi bertanya-tanya dalam hati.

“Maaf ibu, kenapa ibu sedih?”

“Kapan kamu terakhir bertemu dengan Rara?” Wanita paruh baya itu bertanya balik kepada Lusi.

“Saya bertemu dengan Rara satu bulan yang lalu. Kami bertemu di sebuah kafe. Saat itu, ia bersama temannya yang tengah merayakan sesuatu. Saya adalah teman Rara waktu SMP. Dulu kami sahabat dekat, Bu. Setelah lulus, kami berdua tidak lagi berhubungan, karena Rara pindah rumah. Kami pun tidak pernah bertemu lagi. Di kafe itulah saya terakhir kali bertemu dengan Rara. Kami bercerita banyak mengenang masa-masa SMP dulu. Setelah itu, Rara memberikan sesuatu pada saya. Ia bilang sebagai kenang-kenangan, karena dulu tidak sempat memberikan apa-apa. Ia juga memberikan alamat rumah dan rambut buatan ini. Kami menyebutnya, hair extension. Karena, Rara bilang sudah bosan dengan rambut ini. Saya menerimanya dengan senang hati. Kebetulan saya memang berencana menyambung rambut saya. Setelah itu, kami berpisah karena sudah larut malam. Saya berjanji akan terus berhubungan dengannya.” Lusi menjelaskan panjang lebar tentang pertemuannya dengan Rara.

Setelah Lusi menceritakan pertemuaannya dengan Rara, ibu Rara pun menceritakan semuanya apa yang terjadi sebenarnya, pada Rara akhir-akhir ini. “Ibu juga tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya pada Rara. Cuma beberapa waktu lalu, ibu perhatikan ia seperti yang sedang ketakutan dan seperti ada yang mengejar-mengejarnya. Setiap kali ibu tanya, ia cuma menangis dan ketakutan. Ibu bingung sekali saat itu,lalu pada malam itu terakhir kalinya ibu mendengar Rara memanggil ibu,dan ibu langsung pergi menuju kamar Rara dan setelah itu...”

Ibu Rara tidak kuat lagi mengatakan yang sebenarnya. Akan tetapi, Lusi terus mendesak ibu Rara untuk mengatakan yang sebenarnya terjadi pada Rara…


“Ayo ibu katakan pada saya... apa yang sebenarnya terjadi pada Rara?” desak Lusi.

“Rara, Bunuh diri!”

Ibu Rara langsung menangis tak dapat menahan air matanya, jika mengingat kejadian itu. Lusi pun sangat terkejut mendengarnya. Lusi cuma terdiam tidak tahu apa yang harus dikatakan. Lusi akhirnya pamit pulang, karena hari semakin larut. Sepanjang perjalanan, Lusi masih terus berpikir dan merasa ada yang ganjil.

***

Dua jam kemudian.

Sesampainya di rumah, ketika sedang memakirkan mobilnya di garasi rumah, Lusi merasa ada  sosok bayangan melintas di belakangnya. Lusi berusaha mencari di sekeliling ruangan, akan tetapi ia tidak menemukan siapa-siapa. Tiba-tiba terdengar suara sesuatu jatuh ke lantai.

“Praaaangggg…!!!”

Lusi terkejut bukan main ia langsung mencari asal suara itu, dan ia menemukan seperti sebuah besi jatuh ke lantai, wajah Lusi pun terlihat ketakutan sambil mengambil besi tersebut Lusi langsung masuk ke dalam rumah.

Lusi pun segera masuk ke dalam kamarnya dengan napas terengah-engah. Karena, Lusi sangat takut sekali, ia mengunci kamarnya dan langsung mencuci wajanhya di wastafel. Ia tampak ketakutan sekali. 

Hingga sejam kemudian, Lusi tidak dapat memejamkan matanya. Dan, brak… tiba-tiba jendela kamar terbuka. Lusi menghampirinya dan melihat di kejauhan sosok wanita. Lusi pun segera turun ke lantai bawah untuk memastikan apakah itu benar wanita sungguhan atau bukan. Ternyata apa yang dilihat Lusi salah. Tidak ada seorang pun di tempat yang Lusi lihat ada sosok wanita menatapnya. 

Lusi kembali masuk ke dalam rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 wib. Ia meneguk segelas air putih dan berusaha untuk tidur.
Keesokan hari.

Lusi terbangun dengan tergesa. Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Sudah pasti ia terlambat kuliah. Karena itu, ia mengambil smartphone BlackBerry miliknya dan segera menghubungi Rita, teman sekelasnya, untuk meminjam catatan kuliah pagi hari ini. 

Beberapa jam kemudian, Rita pun tiba di rumah Lusi sambil membawa catatan yang dipesan Lusi. “Tumben lo nggak ke kampus? Kenapa emangnya?” tanya Lusi.

“Gue lagi enggak enak badan. Bawa catatan kuliahnya nggak?”

“Nih,” Rita menyerahkan catatannya. “Eh, btw tadi lo mau ngomong apa sih? Padahal kan bisa aja lo ketemu gue di kampus  besok, manja banget. Pake minta dianterin segala!”

“Lo mau tau kenapa kenapa gue nyuruh lo ke sini? Gue mau lo nemenin gue ke luar kota. Ada hal penting yang harus gue selesain. Ini penting banget!”

“Wuiihhh… serius banget. Hal penting apa tuh?”

“Heh...ini beneran serius… lo harus anter gue sekarang!”

Dengan tergesa-gesa Lusi langsung menarik tangan Rita menuju garasi mobil. Lusi langsung tancap gas mobilnya dan melaju sangat kencang karena ia takut kemalaman di jalan sebelum sampai di rumah Rara. Di sepanjang perjalanan Rita masih terlihat bingung dengan ulah temannya itu, “Lus, sebenarnya ada apa sih, bikin gue takut deh.”
“Udah jangan berisik, nanti juga lo tahu sendiri.”

“Ish, sok misteri. Tambah bikin gue penasaran aja lo!”

Lalu tiba-tiba di tengah perjalanan dan hampir sampai ke rumah Rara, mobil Lusi mogok. Ia lupa untuk mengecek kondisi mobilnya siang tadi sebelum berangkat karena terlalu tergesa-gesa, hari sudah menjelang sore Lusi dan Rita masih setengah perjalan untuk  menuju ke rumah Rara. Mereka berdua kebingungan harus meminta bantuan siapa. Karena, sepanjang jalan mereka belum melihat satu orang pun yang lewat. Hujan pun turun, Lusi dan Rita pun berlari menuju sebuah terowongan jembatan untuk berteduh. Hari bertambah sore dan hujan belum juga reda. Lusi terlihat sangat gelisah. Raut wajahnya menampakkan hal tersebut. Itu lantaran ia belum mengenal daerah tersebut.

“Lus, apa kita akan terus disini?” tanya Rita membuka suara. 

“Iya mau bagaimana lagi Rit… Kita akan tunggu hujan agak reda, baru kita lanjutkan perjalanan.”

Lalu tiba-tiba sesosok bayangan melesat. Lusi sempat melihat sekelebat bayangan tersebut seperti seorang wanita. Lalu, diam-diam ia mengikuti sosok bayangan tersebut. Tanpa sadar Lusi sudah meninggalkan Rita. Sementara Rita sendiri tidak memperhatikan Lusi pergi. Karena, pandangan mata Rita beralih pada mobil Lusi yang mogok. Ketika Rita menoleh ke belakang Lusi sudah tidak ada, Rita kebingungan mencari Lusi kesana-kemari. Rita kehilangan jejak Lusi!

Di tempat lain, Lusi penasaran sekali dengan sosok itu. Ia terus mengikutinya. Tiba-tiba, ia mendengar suara tangisan, atau lebih tepatnya rintihan kesakitan.

“Huuuk.. hukk.. huk aughhhh.. aughhh ampuuuuun.. ampuuunnn.. ampuni saya..”suara itu seperti bibir gemetar. Lusi pun mengikuti arah suara tersebut. Terus masuk ke dalam kegelapan malam, hingga suara itu makin jelas terdengar oleh Lusi.

“Huuuk.. hukk.. huk aughhhh.. aughhh ampuuuuun.. ampuuunnn.. ampuni  saya..”

Dan sesampainya di tempat itu Lusi melihat sosok wanita sedang berjongkok memohon ampun dengan seseorang yang sedang berdiri, di hadapan sosok wanita itu dan sepertinya dia seorang laki-laki berdiri tegap tanpa mengindahkan permohonan ampun dari wanita itu. Lusi hanya bisa melihat dari kejauhan. Ia melihat laki-laki tersebut terus memukuli wanita itu dan menarik rambut wanita itu, lalu menyeretnya, Lusi sangat ketakutan melihat kejadian itu ingin sekali Lusi membantu wanita itu tapi ia tidak berani untuk mendekat,Lusi terus mengikutinya,sampailah mereka di tepi danau yang cukup luas dan airnya terlihat sangat tenang,lalu laki-laki itu berhenti tepat di tepi danau tersebut lalu laki-laki itu memotong habis rambut wanita itu dan wanita itu menangis histeris sambil memohon ampun kepada laki-laki itu namun laki-laki itu tidak perduli sama sekali dia terus saja memotong rambut wanita sampai kepala wanita itu gundul!,Lusi yang  melihat kejadian tersebut ingin rasanya ia menolong wanita itu tapi ia tidak punya cukup keberanian untuk mencegahnya,Lusi hanya bisa melihat dari kejahuan dan tiba-tiba perhatian Lusi dialihkan oleh suara seseorang yang memanggil namanya,ternyata itu Suara Rita,

“Lus…Lusiii..Dimana kamuuuuu…gw takuttt nih….”

Lalu tanpa menyahut panggilan Rita, Lusi langsung menghampiri Rita, karena jika Lusi menjawab panggilan Rita, ia takut orang yang berada dinpinggir danau akan mengetahui keberadaannya.

“Sssssstttt….jangan teriak-teriak, nanti ketahuan dengan mereka,” dengan suara agak berbisik Lusi memperingati Rita agar tidak berisik.

“Iyaaa..tapi ada apa Lus,…kenapa lo tinggalin gw sendirian di terowongan itu, gw takuttt tauuu!”

Dan Rita pun ikut bicara setengah berbisik.

“Gw tadi melihat ada seorang wanita lewat di depan terowongan itu, lalu gw ikutin terus sampai ke danau ini, karena gw penasaran siapa wanita itu dan kenapa laki-laki itu menganiayanya.


Lusi berusaha menjelaskan kepada Rita kenapa sampai ia meninggalkannya diterowongan, sambil mendengar cerita dari Lusi, Rita berusaha melihat kea rah danau yang di tunjuk oleh Lusi, akan tetapi Rita tidak melihat siapa-siapa disana, yang ada hanya air danau yang tenang dan memang seperti banyak menyimpan misteri disana.

“Haloooo….Lusi..gw  enggak liat siapa-siapa disanaaa, yang ada hanya Air danau enggak ada siapa-siapa disana….coba lo liat kesana?!!

Dan ketika Lusi melihat ke arah danau memang tidak ada siapapun disana, Lusi sempat bingung karena dia melihat dengan jelas ada seseorang disana sedang menganiaya seoarang wanita dengan sadis.

“Tapi Rita tadi itu benar ada seseorang disana dan dia menganiaya seorang wanita. Lalu memotong habis rambut wanita itu!!” Lusi berusaha meyakinkan Rita, bahwa yang ia lihat itu benar dan dia tidak sedang berhalusinasi,

“Aaaaaah..sudahlah Lus..ayo kita kemabali ke mobil mungkin nanti akan ada orang yang akan membantu kita.”

Dengan wajah yang masih kebingungan dan sesekali Lusi menoleh kea rah danau itu,ia pun pergi mengikuti Rita menuju ke mobilnya,

Dan…….tiba-tiba…

“Auugghhhhh…tooooolooong…..toooolooong..aku….”

“Rita….ritaaaa ..dengar itu?!!

“Dengar apaaa, gw enggak dengar apa-apa?!

“Masa sih…lo ga denger ada suara minta tolong…apa mungkin itu suara wanita itu?!!

“Wanita siapa?!! Aaah..ngaco aja deh…!gw jadi takut nih…!!

“Coba lo dengeriiin deh!!!

“Auughgghh..auaauauuuugh..tolong saya, toloong saya,!!!”

“Gw harus menolongnya, kalau lo enggak mau ikut yah udah gw pergi sendiri!!

Tanpa ragu-ragu lagi Lusi akhirnya meninggalkan Rita sendiri, tak lama kemudian Rita menyusul Lusi karena ia juga takut kalau harus tetap disitu sendiri,

“iiiih….ya udah gw ikuttt..Lagiaaan juga siapa mau disiini sendiri iiiiiiihhh..!!!
Samar-samar Lusi melihat seorang wanita berkepala botak itu sedang duduk menundukkan kepala. Perlahan Lusi menghampiri dan tangannya berusaha menyentuh bahu wanita itu. Ketika tangan Lusi hampir menyentuhnya, tiba-tiba wanita itu menoleh ke arah Lusi. Lusi kaget bukan main. Wajah wanita itu menyeramkan betul. Ditambah lagi, wanita itu… tidak punya bola MATA! Tidak punya bola MATA! Tidak punya…

Karena terkejut, Lusi terjengkang ke belakang. Wanita itu terus mendekati Lusi. Sementara itu, Rita mengajak Lusi untuk segera capcus dari tempat itu. Tapi… bagaikan di alam mimpi, mereka berlari di tempat. Seluruh badan mereka terasa berat. Sementara, wanita itu terus menghampiri mereka!

KEMBALIKAN RAMBUTKU! KEMBALIKAN RAMBUTKU!” pekik wanita itu. Suaranya terdengar mengerikan di telinga Rita dan Lusi.

Baik Lusi maupun Rita, sama sekali tidak mengerti apa maksudnya “kembalikan rambutku!” 

“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti!” Akhirnya Lusi berteriak, sambil menahan rasa takut.

Sosok wanita itu pun terus meminta rambutnya tanpa menjelaskan maksudnya. Dan, Lusi pun masih tetap tidak mengerti apa yang dimaksud wanita itu. Lusi terus berusaha untuk berlari diikuti Rita dari belakang. Wanita itu mendadak raib, hilang tanpa bekas. 

***
Beberapa jam berikutnya.

Mereka berlarian tak tentu arah. Mereka tidak lagi memikirkan mobil yang mereka tinggalkan di dekat terowongan tadi. Tahu-tahu, Lusi dan Rita mendatangi rumah Rara.

“Rita, tunggu! Sepertinya aku mengenal daerah ini,” Lusi mengernyit mengingat-ingat. “Sepertinya rumah Rara! Iya benar ini rumah Rara! Oh, Tuhan, akhirnya kita sampai juga di rumah Rara.


Dengan sedikit bingung Rita mengikuti saja ajakan Lusi masuk ke rumah itu! Tanpa ragu-ragu Lusi mengetuk rumah itu!

“Permisi, permisi.” 

Pintu pun dibuka. 

“Loh, kamu Lusi kan teman Rara? Ayo silakan masuk! Ini sudah malam dari mana kamu malam-malam seperti ini. Naik mobil?” Wanita paruh baya itu pun melihat-lihat keluar halaman dan ia pun tidak melihat kendaraan apapun disana dan itu membuatnya pertambah bingung!

“Mobil saya mogok tepat di depan terowongan jembatan tadi siang Bu! Dan ini teman saya, Rita.”

Ibu Rara terlihat seperti sudah mengetahui penyebab kenapa mobil Lusi mogok tepat di depan terowongan tersebut. Lusi memperhatikan wajah ibu Rara, sepertinya dia tidak terkejut sama sekali waktu Lusi mengatakan mobilnya mogok di sana.

“Kenapa. Bu? Sepertinya ibu tidak merasa aneh kenapa mobil saya mogok di tempat itu? Apa ibu mengetahui sesuatu?” Lusi bertanya.

Sebelum bercerita ibu Rara mempersilakan Lusi dan Rara masuk ke dalam rumah.

“Kalian masuk dulu, nanti ibu akan menceritakan semuanya pada kalian.”

Dan dengan sangat hati-hati Ibu Rara menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Lusi dan Rita

“Kejadian ini sudah lama sekali. Saat itu Rara masih berusia 14 tahun dan Sita, kakak Rara, berusia 17 tahun—ia begitu cantik dan banyak laki-laki yang mengejar-ngejarnya. Bahkan, ada beberapa pria berkeluarga yang rela meninggalkan istri-istri mereka demi mendapatkan Sita. Sita tidak mengindahkan mereka sama sekali. Sita sudah mempunyai seorang kekasih teman sekolahnya. 

Ada seorang pria yang begitu menginginkan Sita, yang akan melakukan hal apapun. Termasuk membiayai Sita kuliah. Setamat SMA, pacar Sita kuliah di Jakarta. Itu juga atas biaya si pria itu. Pacar Sita setuju dengan hal itu. Tampaknya, ia sama sekali tidak mengetahui niat busuk laki-laki itu. Karena demi membahagiakan Sita, laki-laki itu membujuk pacar Sita, jika ia kuliah di Jakarta ia akan mendapatkan pekerjaan yang bagus dan itu bisa membahagiakan Sita. 

Saat itu, mereka masih terlalu polos sama sekali tidak terpikir oleh mereka apa sebenarnya yang direncanakan laki-laki itu. Waktu pun terus berlalu. Pada tahun pertama pacar Sita masih sering mengirim kabar pada Sita. Laki-laki itu sendiri yang mengabari keadaan pacar Sita pada Sita, begitupun sebaliknya dia juga yang mengabari keadaan Sita pada kekasihnya bahwa Sita akan baik-baik saja dan dia berjanji akan menjaga Sita. Ternyata itu, hanya usaha laki-laki itu demi merebut hati Sita. Sita belum menyadarinya kalau itu hanya akal-akalan saja. Seiring berjalannya waktu, Sita mulai menyadari kalau laki-laki itu hanya berusaha memisahkan dia dengan kekasihnya. Sita pun sangat marah kepada laki-laki itu. 


Sita tidak mau lagi bertemu dengan laki-laki itu. Sita selalu menghindarinya. Laki-laki itu tidak terima begitu saja sikap Sita, namun ia berusaha memasang wajah baik di hadapan Sita. Lalu, pelan-pelan Sita mulai membenci sikap dan perilaku laki-laki itu, yang terus memaksa untuk menjadikan Sita kekasihnya. Akhirnya, Sita pun berencana pergi meninggalkan desa. Ia ingin pergi ke kota demi menghindari laki-laki itu. Tentu saja ibu tidak menyetujui niatnya itu, karena ia tidak mengenal siapapun di Jakarta. 

Ibu khawatir sekali. Namun, Sita tetap memaksa dan berusaha meyakinkan ibu kalau ia akan baik-baik saja di sana. Akhirnya, dengan sangat terpaksa ibu mengizinkan Sita pergi ke Kota. Setelah seminggu meninggalkan desa, ibu tidak pernah mendengar kabar dari Sita.

Suatu sore, ketika Ibu tengah santai, duduk-duduk di ruang tamu sambil menonton tv dengan Rara, seorang polisi datang. Polisi itu membawa kabar buruk dari langit bahwa mereka menemukan mayat seorang gadis di dekat terowongan. 

Polisi meminta ibu untuk memeriksa mayat sang gadis. Apakah ibu mengenalnya? Polisi itu sudah menanyakan ke setiap warga mereka tidak mempunyai anak gadis yang usianya sekitar 17 tahun. Hanya Ibu satu-satunya orang yang punya anak gadis seusia itu. 

Ketika melihatnya, Ibu tidak yakin itu mayat Sita. Ia tidak punya firasat apa-apa tentang kematian Sita. Namun, kematian adalah misteri Ilahi yang kedatangannya tidak bisa diterka. Kapan, di mana, dan bagaimana datangnya. Namun, polisi meminta Ibu untuk meyakinkan diri sendiri jika mayat itu bukanlah mayat Sita. 

Lalu, ibu pergi mengikuti polisi itu ke rumah sakit dan langsung menuju kamar mayat. Ketika mayat gadis itu dibuka! Ibu hampir tidak mengenalinya, karena kepalanya gundul! Lagi-lagi Ibu berusaha menyangkal kalau itu Sita. Sita mempunyai rambut yang hitam, panjang, indah, dan lebat. Namun, setelah Ibu memeriksa ulang seluruh tubuh mayat gadis, ternyata benar itu adalah Sita. Saat itu, Ibu sangat terpukul sekali kenapa ini bisa terjadi pada Sita. Padahal, ia anak baik dan tidak aneh-aneh. Hingga kini masih belum terungkap siapa pembunuh Sita!”

“Hingga kini, banyak penduduk desa yang mengaku melihat sosok “Sita” di dekat terowongan itu sampai ke danau. Ibu tidak tahu apa penyebab Rara bunuh diri itu semua masih misteri buat ibu.”

Wanita paruh baya itu tidak dapat menahan air matanya, jika ia mengingat kejadian itu ditambah lagi ia baru saja kehilangan Rara adik Sita. Sedangkan, suaminya sudah lama meninggal, karena sakit saat Sita dan Rara masih kecil. Kini, ia hidup sebatang kara ditemani misteri kematian kedua anaknya.

“Ibu hanya memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan ibu selalau berdoa agar anak-anak ibu tenang di alam sana dan semoga pembunuh Sita maupun Rara cepat terungkap. Karena, ibu merasa yakin kalau Rara meninggal bukan lantaran bunuh diri! Pasti ada sebab lain yang menyebabkan Rara bunuh diri?”

“Ibu minta tolong pada kalian agar membantu ibu mengungkap kematian Sita dan Rara agar mereka bisa tenang di alam sana.”

Setelah mendengar semua cerita Ibu Rara, Lusi baru mengerti kenapa mobilnya mogok ketika di terowongan. Ia sangat bersimpati dengan keadaan ibu Rara. Lusi pun berniat membantunya. Meski, ia tidak tahu harus memulainya dari mana.

“Ibu saya ingin sekali membantu ibu memecahkan misteri ini, tapi saya tidak tahu harus mulai dari mana dan bagaimana?” kata Lusi. 

Ibu Rara hanya terdiam lalu ia pergi menuju kamar Rara, lalu beberapa menit kemudian ia kembali ke ruang tamu sambil membuah sebuah foto.

“Kalian bisa menolong ibu di mulai dari foto ini! Ini foto laki-laki itu. Foto ini diambil pada saat pacarnya Sita pergi kuliah di Jakarta,” jelas Ibu. 

“Lalu, bagaimana kekasih Sita, Bu? Adakah kabar darinya sekarang?” Lusi bertanya bak seorang detektif. 

“Ibu juga tidak tahu, Nak. Sejak kematian Sita, tidak ada kabar lagi tentangnya.”

Dalam hati Lusi berkata memang misteri harus segera terungkap, karena jika tidak arwah Sita tidak akan pernah tenang di sana.

“Baiklah, Bu… kami akan coba bantu ibu untuk mencari tahu siapa pembunuh Sita apapun risikonya nanti. Ini demi Ibu, Rara, dan Sita!”

Ketika mendengar pernyataan Lusi, Rita langsung menarik Lusi, sepertinya Rita cukup keberatan dengan rencana temannya itu.

“Sssttt..Lus…lo udah gila yah, sok main detektif-detektifan, pakai bilang mau bantu cari pembunuh Sita, emang lo pikir gampang! Polisi aja sampe sekarang belum ketemu siapa pembunuh Sita!! Ishh, sotoy banget deh!” [baca cerpen horor lainnya, disini]

“Iiiih…apa sih…Rita!!!”

“Hei…sini sebentar! lo yakin mau bantu Ibunya Rara!!

“Iya…gw yakin, kenapa?,,Lo takut yah!

“Iiiiihh..gila lo yah…harusnya lo pikir-pikir dulu ini kan bukan urusan Lo,lagian juga apa hubungannya sama Lo,…iihhh..ngaco! cari penyakit aja sih!,pokoknya gw enggak ikutan!lo aja sendiri!

“Yah..udah lagian juga siapa yang minta bantuan lo!”

Dengan santai Lusy menanggapi komentar Rita, dan Rita sedikit kesal dengan keputusan Lusi,

“Lusi…gw pastiin sekali lagi, lo yakin mau bantu ibunya Rara??!

“Iya Rit….iih Bawel deh!!

Rita diam sejenak sambil mencoba mempertimbangkan apakah dia membantu Lusi atau tidak, lalu beberapa menit kemudian Rita berubah fikiran dan dia bersedia membantu Lusi karena ia juga tidak ingin sesuatu terjadi pada Lusi sahabatnya itu.

“Lus…yah udah gw mau bantu,tapi jangan seneng dulu,setelah semua ini selesai lo harus teraktir makan siang selama 1 bulan setuju!!

“Beneran Rit..okey..gw setuju banget!

Lusi sangat senang sekali karena Rita ingin membantunya untuk menyelidiki dan mengukap Misteri kematian Sita.

“Thanksssss…..Rita lo emang sahabat gw paling baiiiiiik….”

“Aaah..udah…udah…enggak usah ngejilat deh!!..biasa aja!’..

“Ceuilleeeee..gitu aja marah, cepet keriput tau rasa Lo!!”
Malam itu, Lusi dan Rita bermalam di rumah Rara. Mereka tidur di kamar Rara. Suasana kamar Rara begitu lembab dan membuat bulu kuduk Lusi dan Rita merinding. Lusi tidak bisa tidur dengan tenang. Ia tampak gelisah, karena otaknya berpikir bagaimana memecahkan misteri ini. Sementara, Rita sudah ngorok dengan nyenyak. Karena belum bisa tidur, Lusi memutuskan melihat-lihat isi kamar Rara.

Ketika Lusi baru saja membuka Laci meja Rara, tiba-tiba sebuah kotak kecil jatuh. Isi dari kotak itu berhamburan keluar. Lalu, Lusi mengambil satu persatu isi kotak tersebut tiba-tiba ia menemuka sebuah surat kecil dan surat itu tertulis.

     Temui aku dekat terowongan, sore ini.
     AW


Setelah membaca isi surat tersebut, benak Lusi dipenuhi tanda tanya. Kepada siapa surat itu ditujukan? Siapa AW?

Jam sudah menujukkan pukul 2 dinihari, dan Lusi masih belum bisa memejamkan matanya. Ia menyimpan surat kecil itu. Rencanya surat itu akan ia tunjukan kepada ibu Rara, mungkin ibu Rara mengenal insial dari nama AW tersebut.

Lalu Lusi mencoba merebahkan kembali tubuhnya mencoba untuk tidur, dan baru beberapa menit ia memejamkan matanya. Ia kembali bermimipi yang sama seperti malam-malam sebelumnya seperti ada yang mengejarnya dan meminta rambut itu dikembalikan dan ia pun terbangun dan keringat membasahi dahi Lusi seperti habis lari.

“Kenapa di mimpiku selalu ada wanita itu dan kenapa aku selalu mimpi yang sama setiap malam ia selalu meminta rambutnya dikembalikan, apakah ada hubungannya dengan rambut yang aku pakai? Tiba-tiba Lusi teringat rambut extensionnya yang baru saja dia pasang satu bulan yang lalu, jika benar ini ada hubungannya aku harus mencari tahu.”

Sambil terus berpikir lama kelamaan Lusi tertidur. 

Hari sudah pagi, dan Rita sudah bangun lebih dulu karena ia sudah tertidur sejak sore tadi. Melihat Lusi masih tidur dengan pulas Rita pun akhirnya pergi untuk mandi dan bersiap-siap 


“Lus…lusiii…bangun udah siang nih….lo mau pulang enggak?”

“Hmmmmmm…berisik banget deh,….”

“iiiih..berisik-berisik,…mau pulang enggak, terus apa kabar sama mobil kita?”

“Iya..ya…bawel deh..!!

Akhirnya Lusi pun cepat-cepat bangun dan lansung pergi ke kamar mandi,akan tetapi isi kepala lusi yang ada hanya pertanyaan demi pertanyan dan mencoba mencari jawaban atas misteri tersebut,setelah Lusi selesai mandi ia mencoba merapikan diri didepan washtafel tiba-tiba ia melihat seperti ada sosok yang sedang berjokok dengan menudukan kepala,dan posisi wanita berjongkok sama persis dengan apa yang dia lihat di pinggir danau tadi siang,perlahan ia mencoba memaligkan wajahnya kearah sosok tersebut,sosok itu tidak terlihat lagi!!

Lusi langsung keluar dari kamar mandi dengan tergesa-gesa hampir saja ia menabrak Rita.

“Hei..ada apa Lus kayak yang habis ngeliat hantu gitu sih!”

“Rita…sorry…kayaknya gw ga bisa ikut pulang sama lo deh,banyak yang harus gw selsaikan disini karena gw yakin ini semua ada hubungannya dengan hair extension  yang gw pakai ini!”

“Aaaah….jangan ngaco Lus…gw yakin ini cuma obsesi lo aja, dan ini engga ada hubungannya dengan hair extension yang lo pakai..Lus!!”

“Lo engga akan percaya dengan apa yang gw bilang Rit..karena lo engga ngerasain apa yang gw rasain!!”

“Okey…okey..gw emang engga ngerasain apa yang lo rasain,tapi ini semua enggak masuk diakal,gw engga percaya dengan hal-hal kayak begini!!

“Okey…Rit..lo boleh engga percaya dan lo boleh tinggalin gw disini sendiri biar gw sendiri yang akan menguak misteri ini sendiri!

Rita dan Lusi berdebat hebat karena Rita hanya ingin mereka pulang dan hidup dengan normal tidak dipusingkan dengan hal-hal yang bukan urusan mereka,akan tetapi Lusi tetap kekeh dengan keinginanya,untuk menguak misteri ini karena ia tidak ingin diganggu dengan Mimpi buruk terus menerus dan tidak hanya mimpi buruk terkadang Lusi melihat secara nyata!
Akhirnya, mereka berdua berusaha tenang dan diam sejenak untuk memikirkan jalan keluar bagi mereka berdua. Rita pun mengalah. Dia bersedia menemani Lusi sampai masalah ini selesai.

“Ok, gue ikut! Tapi, pastiin ke gue kalau cerita lo itu benar!” tukas Rita.

“Gue akan buktiin sama lo jika yang gue lihat dan rasa, semua nyata bukan obsesi gue. Thanks Rita, akhirnya lo mau ngertiin dan mau nemenin gue sampai masalah ini selesai,” sahut Lusi. 

Akhirnya, mereka berpamitan kepada ibu Rara untuk mengambil mobil mereka yang mogok dekat terowongan kemarin siang. Mereka berjalan kaki dari rumah Rara sampai ke terowongan yang cukup jauh, jika ditempuh dengan berjalan kaki. Tiba-tiba di jalan, ia berpapasan dengan seorang laki-laki berusianya sekitar 30 tahun ke atas. Laki-laki itu menatap Lusi dan Rita dengan tajam. Dengan wajah sedikit tertunduk Rita dan Lusi melanjutkan perjalanan menuju terowongan tersebut.

Beberapa jam kemudian akhirnya mereka sampai di terowngan itu lalu Lusi langsung mencoba menstater mobilnya tanpa lama-lama lagi mobil Lusi sudah bisa jalan kembali, Lusi merasa sangat heran karena tiba-tiba mobilnya bisa jalan kembali seperti tidak ada masalah, dan setelah itu  Lusi kembali kerumah Rara, ketika sampai disana rumah Rara kosong Lusi tidak bertemu dengan Ibu Rara ia sudah berusaha memanggil-manggil ibu Rara akan tetapi tidak ada jawaban dari ibu Rara, Lusi mencari-cari ke Setiap ruangan akan tetapi semua kosong tidak ada siapa-siapa disana, tiba-tiba lusi mendengar suara orang menangis lirih seperti merasakan sakit bukan main, Lusi pun mencari asal suara itu ruangan demi ruangan akan tetapi ia tidak menemukan asal suara itu , tiba-tiba…

“Bugssss!!...” sebuah hantaman telak menghantam tengkuk lusi dan Lusi pun jatuh tak sadarkan diri.

Karena cukup lama Rita menunggu Lusi tidak keluar dari Rumah, Akhirnya Rita mencoba mencari Lusi masuk kedalam rumah,akan tetapi Rita tidak menemukan Lusi sudah 2 x keluar – masuk rumah Rita tetap tidak menemukan Lusi,dan Rita sangat cemas sekali karena tidak dapat menemukan temannya itu akhirnya Rita pun kembali masuk kedalam mobil sambil menunggu Lusi,

Sementara di tempat lain Lusi yang sedang tidak sadarkan diri dibawa oleh seorang laki-laki yang tadi sempat berpapasan dengannya di jalan, sepertinya laki-laki tersebut mengetahui tujuan Lusi datang kedesa ini karena secara diam-diam laki-laki tersbut sudah melihat Lusi bolak-balik kerumah Rara! 


Setelah hampir setengah jam akhirnya Lusi pun siuman dari pingsannya dani a sangat kaget sekali karena dia sudah berada di tepi danau persis tempat ia melihat seorang wanita itu dianiyaya oleh seorang laki-laki,

“Dimana aku?!! Kenapa  tiba-tiba aku ada disini?!dan melihat sosok laki-laki itu tepat dihadapannya sedang menatap tajam dirinya.

“Hei..siapa kamu!!kenapa aku bisa ada disini?!”

“kamu mau tau siapa saya!!....saya adalah kekasih Sita, Andi Wiguna!”

Lusi pun kaget bukan main ketika ia mengatakan bahwa laki-laki itu adalah kekasih Sita,ditambah lagi ia menyebutkan namanya “Andi Wiguna” dan Sita pun langsung teringat surat kecil yang bertuliskan inisial “AW”, apakah itu singkatan dari Andi Wiguna??,bisik Sita dalam hati.

“Hah jadi kamu kekasih Sita?! terus apa maksud semua ini!!..iyaaaah..sekarang aku baru ingat sekamu kan yang membunuh Sita!dan kamu juga kan yang menuliskan sebuah surat kepada Sita?!

Laki-laki itupun tak kalah terkejutnya dengan Lusi, karena Lusi telah mengetahui kalau dialah yang membunuh Sita. Namun, laki-laki itu tidak langsung mengaku kalau memang dialah pembunuhnya.

“Bukti apa yang kalian punya, jika aku yang membunuh Sita?” hardik si Andi Wiguna.

Lusi sempat kebingungan ketika ditanyakan bukti dari mana kalau dia tahu, bahwa dial ah pelakunya

Lalu Lusi menunjukan sebuah surat yang bertuliskan pesan singkat dan berinisial “AW”.

“Surat ini dari kamu kan!kamu ingin Sita menemui kamu di terowongan itu kan dan dibawah nya tertanda “AW” ini kependekan dari nama “Andi Wiguna” iyah kan!!

Dan laki-laki itu pun tertwa sinis kepada Sita,

“Hei…dengar yah bukti itu tidak cukup kuat untuk membuktikan kalau aku membunuh Sita”,

“ Aku sama sekali tidak mengarang cerita,aku benar-benar mengetahui semuanya Sita selalu datang di Mimpi ku dan mengatakan kepadaku kalau yang membunuhnya adalah kekasihnya sediri!!

Terpaksa Lusi berbohong didepan laki-laki itu karena ia hanya ingin memancing kejujuran laki-laki itu walaupun sebenarnya Lusi tidak tahu siapa wanita yang dimimpinya itu karena wajah Sita sangat berbeda dengan di Photo yang dia pernah lihat dirumah Rara,.

Dan laki-laki itu pun terlihat sangat ketakutan ketika Lusi mengatakan hal itu, akan tetapi ia sama sekali tidak terpancing oleh Sita,

“Bukti itupun tidak cukup kuat untuk membuktikan kepada polisi kalau aku pembunuhnya “

“Jadi benar bahwa kamu pembunuhnya?! Lusi tetap kekeh bahwa laki-laki itu pembunuhnya,

Akhirnya laki-laki itupun mengaku pada lusi memang dia pembunuh Sita atas dasar cemburu!

“Iyah….memang aku yang membunuh Sita, karena Sita sudah berkhianat padaku dan ingin menikahi laki-laki sialaaan itu!dan ketika Sita bersumpah kepadaku kalau ia tidak mengkhinatiku,aku pura-pura percaya dan aku menuliskan surat untuk menemui aku diterowongan itu,lalu aku menyeretnya ke danau ini dan memukulnya lalu aku menghabisi rambut kesayangannya itu,aku menggundulinya dan mayatnya sengaja aku buang di terowongan itu agar orang lain menemukan mayatnya dan menguburkan Sita dengan layak!

Lusi sangat lega mendengar semua itu,dan ketika ia hendak pelan-pelan meninggalkan tempat itu Andi wiguna menyadarinya dan buru-buru menarik rambut Lusi.

“Heeeeiiiiiiiii…mau kemana kamu!! Kamu pikir dengan mengetahhui semuanya kamu bisa lari seenaknya,kamu tidak akan bisa lari,karena nasib kamu akan sama seperti Sita dan Rara! Kamu mau tahu kenapa Rara bunuh diri! Karena aku sudah memperkosanya karena dia sudah mengetahui semuanya,Rara sudah tahu kalau aku yang membunuh Sita dan dia tidak berani mengatakan kepada siapapun karena aku mengancam akan membunuh ibunya! Lalu mungkin ia memutuskan untuk bunuh diri karena dia terlalu takutttt! Hahahahaha..dan kamu tahu rambut yang kamu pakai itu adalah rambut Sita,aku menjualnya kesebuah salon!!

Andi Wiguna tertawa dengan puas karena dia merasa kalau kejahatannya tidak akan terungkap oleh siapapun dan tidak ada yang akan tahu kalau selama ini dialah orang membunuh Sita,dan menyebabkan Rara bunuh diri! [baca cerpen horor lainnya, 
disini]

Karena ia berencana akan membunuh Lusi juga karena Lusi telah mengetahui semuanya,keitka Lusi berusaha untuk kabur Andi langsung menyeretnya sama seperti apa yang ia lakukan pada Sita dan ketika Andi mulai mengayunkan parangnya tiba-tiba Rita datang dan menolong Lusi,lalu mereka berdua berusaha membela diri sekuat tenaga mereka,Tiba-tiba Rita mengambil Parang yang tadi di pegang oleh Andi dan berusaha menyerang andi dengan parang tersebut dengan membabi buta dan akhirnya andi terkena oleh sabetan parang tepat di perut dan andi pun jatuh tidak berdaya,tanpa membuang waktu mereka langsung pergi meninggalkan tempat itu tanpa memperdulikan andi.

Lalu Lusi dan Rita kembali kerumah Rara dan  ia bertemu dengan ibu Rara,  Lusi langsung menceritakan kejadian yang baru saja ia dan Rita Alami dan Lusi memberitahukan kepada ibu Rara kalau selama ini yang membunuh Sita dan juga memperkosa Rara itu adalah Andi,I bu Rara tidak percaya dengan apa yang diceritakan oleh Lusi karena yang ia tahu selama ini Andi Kuliah Jakarta yang tinggal hanya laki-laki yang dulu menyukai Sita,dan ibu Rara lebih mecurigai laki-laki itu ketimbang Andi,Karena yang Ibu Rara tahu Andi sangat menyayangi dan mencintai Sita jadi tidak mungkin dia sampai membunuh Sita dan memperkosa Rara,

Lusi berusaha keras meyakinkan Ibu Rara kalau memang andi pembunuhnya,dan b membawa ibu Rara ke danau itu untuk membuktikan kalau andilah pelakunya!,

Beberapa menit kemudian mereka sampai didanau itu,Lusi dan Rita sangat terkejut bukan main karena disanaaaa, Mereka tidak menemukan Mayat ANDI!!!

“Ini tidak Mungkiiiiiiin,,,,,Ritaaaa dimana dia?!!

“Gw enggak tauuuu..tadi…tadi dia..masih disini kan waktu kita lari meninggalkan danau ini!!!

Tanpa berkata apa-apa ibu Rara pergi meninggalkan danau itu dengan hati kecewa karena mereka tidak dapat membuktikan apa-apa dan ibu Rara menganggap ini hanya halusinasi atau abosesi mereka saja Ibu Rara terlihat sangat sedih karena kematian anak-anaknya tidak akan pernah terungkap dan akan tetap menjadi Misteri baginya.

Dan Andi tiba-tiba hilang entah kemana ia tidak ada di danau itu, danau itu pun terlihat sangat tenang seperti tidak terjadi apa-apa,Lusi dan Rita pun akhirnya kembali ke Jakarta dan sesampainya dijakarta Lusi langsung melepaskan RAMBUT nya dan akan menyimpannya,dalam hati Lusi berjanji pada Sita akan menyimpan RAMBUT itu.

“Maaf Sita aku tidak dapat membantu kamu untuk manangkap Andi, dia tiba-tiba menghilang didanau itu biarlah TUHAN yang akan menghukumnya,relakan dia dan aku akan menyimpan rambut kamu agar tidak dipakai oleh orang lain, selamat Jalan Sita semoga kamu tenang di alam Sana..”[TAMAT]