Friday, February 27, 2015

CERPEN PERTAMAN KU

Berawal Dari Hoby Nonton Film HOROR terus iseng-iseng nulis CERPEN HOROR deh...dan Iseng-Iseng Lagi coba-coba cari Blog yang bisa Menampung PENULIS CERPEN HOROR AMATIRAN seperti aku yang bikin ceritanya cuma pas kebetulan ada di dalam  kepala terus coba-coba ditulis N' liat tuh di Bawah hasilnya :) :)

ini adalah cerpen pertamaku yang engga kelar-kelar sampe kurang lebih 2 atau 3 tahun gitu deh...
Bukan karena Susah ceritnya,...tapi waktunya ciiiin.....yg sok sibuk gitu deh..... CERITA DIBAWAH terinspirasi pada tahun sekitar 2010 an atau 2011 gitu deh lagi happening bgt tuh "SAMBUNG RAMBUT " atau bahasa kerenya "HAIR EXTENSION " coba deh dibaca-baca aja yah...enjoy it!!



 Misteri Hair Extension


Cerpen Horor ini ditulis oleh Mia Farida*


Setiap wanita ingin tampil cantik, setiap wanita ingin selalu dikagumi, dan setiap wanita ingin menjadi pusat perhatian setiap orang—baik laki-laki atau wanita. Karena, wanita pada kodratnya ingin selalu tampil cantik dan sempurna.

Kisah ini di mulai pada tahun antara tahun 2011, saya tidak terlalu ingat tahun berapa tepatnya, dan pada saat itu sedang marak hair extension atau penyambung rambut hampir di setiap salon terdapat hair extension dengan harga yang bersaing. Di setiap salon yang menyediakan fasilitas itu selalu penuh dikunjungi bagi wanita-wanita yang bosan dengan gaya rambut pendeknya dan ingin secara instan memiliki rambut panjang agar terlihat lebih cantik.

Lusi adalah salah satu dari wanita yang juga ingin tampil lebih cantik. Meskipun dia sudah cukup manis dengan rambut pendeknya. Dengan membawa hair extension sendiri, yang ia dapatkan dari seorang teman—menurut temannya, hair extention itu asli rambut manusia dan bukannya rambut sintetis.

Lalu, Lusi pun pergi ke salon langganannya, dan dia menyampaikan keinginannya itu kepada penata rambut langganannya untuk menyambung rambut pendeknya. Setelah se-jam rambut itu terpasang sempurna di kepala Lusi. Hasilnya, Lusi terlihat lebih cantik. Sempurna!

***

Satu bulan kemudian.

Setelah sebulan Lusi menggunakan rambut tersebut, Lusi sering bermimpi aneh dan menyeramkan. Dalam mimpinya itu, Lusi selalu didatangi sosok wanita misterius. Lusi sama sekali tidak mengerti, mengapa selalu bermimpi yang sama setiap malam. Lalu, timbul pertanyaan dalam hati Lusi, siapa wanita itu? Dan mengapa ia selalu bermimpi tentang dia? Dan di dalam mimpinya wanita tersebut terlihat begitu marah dan seperti menyimpan dendam.

Akhirnya, Lusi menemui Rara, teman yang memberikan rambut itu kepadanya. Lusi hanya ingin bertanya, mengapa setelah sebulan menggunakan rambut ini, ia selalu bermimpi buruk. Apakah ini hanya kebetulan atau memang ada sesuatu dengan rambut ini. Entahlah, itu harus dipastikan dulu kepada Rara. [klik di sini untuk membaca cerpen horor yang ditulis Mia Farida sebelumnya]

Lusi pun langsung mengambil mobilnya dan langsung pergi meninggalkan rumah menuju luar kota karena kebetulan rumah Rara temanya itu berada jauh di luar kota. Setelah menghabiskan dua jam perjalanan Lusi pun sampai di tempat yang dituju.

“Permisi. Permisi. Permisi.” sudah tiga kali panggilan Lusi tidak disahuti. Lalu Lusi melihat jam di tangannya. Waktu baru menunjukkan pukul 7 malam. Tidak mungkin orang-orang yang berada di dalam rumah tersebut sudah tidur.

“Permisi, apa ada orang di dalam?!”

Tiba-tiba saja pintu terbuka lalu keluarlah seorang wanita separuh baya.

“Ya, siapa yah?” tanya wanita paruh baya itu.

“Saya Lusi, teman Rara anak ibu. Ini rumahnya Rara kan, Bu?”

“Ya, benar ini rumah Rara. Ayo silakan masuk?”

“Maaf bu, saya agak buru-buru, karena hari sudah malam, bisa saya langsung bertemu dengan Rara? Karena ada yang saya mau tanyakan kepada Rara, penting sekali.”

Tiba-tiba wanita paruh baya itu terdiam, wajahnya terlihat sedih sekali, sesekali ia mengusap air matanya yang keluar tanpa terasa olehnya. Lusi terlihat sangat bingung melihat wanita paruh baya itu. ‘Mengapa tiba-tiba saja wanita itu menangis, apa ada yang salah dengan ucapanku?’ Lusi bertanya-tanya dalam hati.

“Maaf ibu, kenapa ibu sedih?”

“Kapan kamu terakhir bertemu dengan Rara?” Wanita paruh baya itu bertanya balik kepada Lusi.

“Saya bertemu dengan Rara satu bulan yang lalu. Kami bertemu di sebuah kafe. Saat itu, ia bersama temannya yang tengah merayakan sesuatu. Saya adalah teman Rara waktu SMP. Dulu kami sahabat dekat, Bu. Setelah lulus, kami berdua tidak lagi berhubungan, karena Rara pindah rumah. Kami pun tidak pernah bertemu lagi. Di kafe itulah saya terakhir kali bertemu dengan Rara. Kami bercerita banyak mengenang masa-masa SMP dulu. Setelah itu, Rara memberikan sesuatu pada saya. Ia bilang sebagai kenang-kenangan, karena dulu tidak sempat memberikan apa-apa. Ia juga memberikan alamat rumah dan rambut buatan ini. Kami menyebutnya, hair extension. Karena, Rara bilang sudah bosan dengan rambut ini. Saya menerimanya dengan senang hati. Kebetulan saya memang berencana menyambung rambut saya. Setelah itu, kami berpisah karena sudah larut malam. Saya berjanji akan terus berhubungan dengannya.” Lusi menjelaskan panjang lebar tentang pertemuannya dengan Rara.

Setelah Lusi menceritakan pertemuaannya dengan Rara, ibu Rara pun menceritakan semuanya apa yang terjadi sebenarnya, pada Rara akhir-akhir ini. “Ibu juga tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya pada Rara. Cuma beberapa waktu lalu, ibu perhatikan ia seperti yang sedang ketakutan dan seperti ada yang mengejar-mengejarnya. Setiap kali ibu tanya, ia cuma menangis dan ketakutan. Ibu bingung sekali saat itu,lalu pada malam itu terakhir kalinya ibu mendengar Rara memanggil ibu,dan ibu langsung pergi menuju kamar Rara dan setelah itu...”

Ibu Rara tidak kuat lagi mengatakan yang sebenarnya. Akan tetapi, Lusi terus mendesak ibu Rara untuk mengatakan yang sebenarnya terjadi pada Rara…


“Ayo ibu katakan pada saya... apa yang sebenarnya terjadi pada Rara?” desak Lusi.

“Rara, Bunuh diri!”

Ibu Rara langsung menangis tak dapat menahan air matanya, jika mengingat kejadian itu. Lusi pun sangat terkejut mendengarnya. Lusi cuma terdiam tidak tahu apa yang harus dikatakan. Lusi akhirnya pamit pulang, karena hari semakin larut. Sepanjang perjalanan, Lusi masih terus berpikir dan merasa ada yang ganjil.

***

Dua jam kemudian.

Sesampainya di rumah, ketika sedang memakirkan mobilnya di garasi rumah, Lusi merasa ada  sosok bayangan melintas di belakangnya. Lusi berusaha mencari di sekeliling ruangan, akan tetapi ia tidak menemukan siapa-siapa. Tiba-tiba terdengar suara sesuatu jatuh ke lantai.

“Praaaangggg…!!!”

Lusi terkejut bukan main ia langsung mencari asal suara itu, dan ia menemukan seperti sebuah besi jatuh ke lantai, wajah Lusi pun terlihat ketakutan sambil mengambil besi tersebut Lusi langsung masuk ke dalam rumah.

Lusi pun segera masuk ke dalam kamarnya dengan napas terengah-engah. Karena, Lusi sangat takut sekali, ia mengunci kamarnya dan langsung mencuci wajanhya di wastafel. Ia tampak ketakutan sekali. 

Hingga sejam kemudian, Lusi tidak dapat memejamkan matanya. Dan, brak… tiba-tiba jendela kamar terbuka. Lusi menghampirinya dan melihat di kejauhan sosok wanita. Lusi pun segera turun ke lantai bawah untuk memastikan apakah itu benar wanita sungguhan atau bukan. Ternyata apa yang dilihat Lusi salah. Tidak ada seorang pun di tempat yang Lusi lihat ada sosok wanita menatapnya. 

Lusi kembali masuk ke dalam rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 wib. Ia meneguk segelas air putih dan berusaha untuk tidur.
Keesokan hari.

Lusi terbangun dengan tergesa. Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Sudah pasti ia terlambat kuliah. Karena itu, ia mengambil smartphone BlackBerry miliknya dan segera menghubungi Rita, teman sekelasnya, untuk meminjam catatan kuliah pagi hari ini. 

Beberapa jam kemudian, Rita pun tiba di rumah Lusi sambil membawa catatan yang dipesan Lusi. “Tumben lo nggak ke kampus? Kenapa emangnya?” tanya Lusi.

“Gue lagi enggak enak badan. Bawa catatan kuliahnya nggak?”

“Nih,” Rita menyerahkan catatannya. “Eh, btw tadi lo mau ngomong apa sih? Padahal kan bisa aja lo ketemu gue di kampus  besok, manja banget. Pake minta dianterin segala!”

“Lo mau tau kenapa kenapa gue nyuruh lo ke sini? Gue mau lo nemenin gue ke luar kota. Ada hal penting yang harus gue selesain. Ini penting banget!”

“Wuiihhh… serius banget. Hal penting apa tuh?”

“Heh...ini beneran serius… lo harus anter gue sekarang!”

Dengan tergesa-gesa Lusi langsung menarik tangan Rita menuju garasi mobil. Lusi langsung tancap gas mobilnya dan melaju sangat kencang karena ia takut kemalaman di jalan sebelum sampai di rumah Rara. Di sepanjang perjalanan Rita masih terlihat bingung dengan ulah temannya itu, “Lus, sebenarnya ada apa sih, bikin gue takut deh.”
“Udah jangan berisik, nanti juga lo tahu sendiri.”

“Ish, sok misteri. Tambah bikin gue penasaran aja lo!”

Lalu tiba-tiba di tengah perjalanan dan hampir sampai ke rumah Rara, mobil Lusi mogok. Ia lupa untuk mengecek kondisi mobilnya siang tadi sebelum berangkat karena terlalu tergesa-gesa, hari sudah menjelang sore Lusi dan Rita masih setengah perjalan untuk  menuju ke rumah Rara. Mereka berdua kebingungan harus meminta bantuan siapa. Karena, sepanjang jalan mereka belum melihat satu orang pun yang lewat. Hujan pun turun, Lusi dan Rita pun berlari menuju sebuah terowongan jembatan untuk berteduh. Hari bertambah sore dan hujan belum juga reda. Lusi terlihat sangat gelisah. Raut wajahnya menampakkan hal tersebut. Itu lantaran ia belum mengenal daerah tersebut.

“Lus, apa kita akan terus disini?” tanya Rita membuka suara. 

“Iya mau bagaimana lagi Rit… Kita akan tunggu hujan agak reda, baru kita lanjutkan perjalanan.”

Lalu tiba-tiba sesosok bayangan melesat. Lusi sempat melihat sekelebat bayangan tersebut seperti seorang wanita. Lalu, diam-diam ia mengikuti sosok bayangan tersebut. Tanpa sadar Lusi sudah meninggalkan Rita. Sementara Rita sendiri tidak memperhatikan Lusi pergi. Karena, pandangan mata Rita beralih pada mobil Lusi yang mogok. Ketika Rita menoleh ke belakang Lusi sudah tidak ada, Rita kebingungan mencari Lusi kesana-kemari. Rita kehilangan jejak Lusi!

Di tempat lain, Lusi penasaran sekali dengan sosok itu. Ia terus mengikutinya. Tiba-tiba, ia mendengar suara tangisan, atau lebih tepatnya rintihan kesakitan.

“Huuuk.. hukk.. huk aughhhh.. aughhh ampuuuuun.. ampuuunnn.. ampuni saya..”suara itu seperti bibir gemetar. Lusi pun mengikuti arah suara tersebut. Terus masuk ke dalam kegelapan malam, hingga suara itu makin jelas terdengar oleh Lusi.

“Huuuk.. hukk.. huk aughhhh.. aughhh ampuuuuun.. ampuuunnn.. ampuni  saya..”

Dan sesampainya di tempat itu Lusi melihat sosok wanita sedang berjongkok memohon ampun dengan seseorang yang sedang berdiri, di hadapan sosok wanita itu dan sepertinya dia seorang laki-laki berdiri tegap tanpa mengindahkan permohonan ampun dari wanita itu. Lusi hanya bisa melihat dari kejauhan. Ia melihat laki-laki tersebut terus memukuli wanita itu dan menarik rambut wanita itu, lalu menyeretnya, Lusi sangat ketakutan melihat kejadian itu ingin sekali Lusi membantu wanita itu tapi ia tidak berani untuk mendekat,Lusi terus mengikutinya,sampailah mereka di tepi danau yang cukup luas dan airnya terlihat sangat tenang,lalu laki-laki itu berhenti tepat di tepi danau tersebut lalu laki-laki itu memotong habis rambut wanita itu dan wanita itu menangis histeris sambil memohon ampun kepada laki-laki itu namun laki-laki itu tidak perduli sama sekali dia terus saja memotong rambut wanita sampai kepala wanita itu gundul!,Lusi yang  melihat kejadian tersebut ingin rasanya ia menolong wanita itu tapi ia tidak punya cukup keberanian untuk mencegahnya,Lusi hanya bisa melihat dari kejahuan dan tiba-tiba perhatian Lusi dialihkan oleh suara seseorang yang memanggil namanya,ternyata itu Suara Rita,

“Lus…Lusiii..Dimana kamuuuuu…gw takuttt nih….”

Lalu tanpa menyahut panggilan Rita, Lusi langsung menghampiri Rita, karena jika Lusi menjawab panggilan Rita, ia takut orang yang berada dinpinggir danau akan mengetahui keberadaannya.

“Sssssstttt….jangan teriak-teriak, nanti ketahuan dengan mereka,” dengan suara agak berbisik Lusi memperingati Rita agar tidak berisik.

“Iyaaa..tapi ada apa Lus,…kenapa lo tinggalin gw sendirian di terowongan itu, gw takuttt tauuu!”

Dan Rita pun ikut bicara setengah berbisik.

“Gw tadi melihat ada seorang wanita lewat di depan terowongan itu, lalu gw ikutin terus sampai ke danau ini, karena gw penasaran siapa wanita itu dan kenapa laki-laki itu menganiayanya.


Lusi berusaha menjelaskan kepada Rita kenapa sampai ia meninggalkannya diterowongan, sambil mendengar cerita dari Lusi, Rita berusaha melihat kea rah danau yang di tunjuk oleh Lusi, akan tetapi Rita tidak melihat siapa-siapa disana, yang ada hanya air danau yang tenang dan memang seperti banyak menyimpan misteri disana.

“Haloooo….Lusi..gw  enggak liat siapa-siapa disanaaa, yang ada hanya Air danau enggak ada siapa-siapa disana….coba lo liat kesana?!!

Dan ketika Lusi melihat ke arah danau memang tidak ada siapapun disana, Lusi sempat bingung karena dia melihat dengan jelas ada seseorang disana sedang menganiaya seoarang wanita dengan sadis.

“Tapi Rita tadi itu benar ada seseorang disana dan dia menganiaya seorang wanita. Lalu memotong habis rambut wanita itu!!” Lusi berusaha meyakinkan Rita, bahwa yang ia lihat itu benar dan dia tidak sedang berhalusinasi,

“Aaaaaah..sudahlah Lus..ayo kita kemabali ke mobil mungkin nanti akan ada orang yang akan membantu kita.”

Dengan wajah yang masih kebingungan dan sesekali Lusi menoleh kea rah danau itu,ia pun pergi mengikuti Rita menuju ke mobilnya,

Dan…….tiba-tiba…

“Auugghhhhh…tooooolooong…..toooolooong..aku….”

“Rita….ritaaaa ..dengar itu?!!

“Dengar apaaa, gw enggak dengar apa-apa?!

“Masa sih…lo ga denger ada suara minta tolong…apa mungkin itu suara wanita itu?!!

“Wanita siapa?!! Aaah..ngaco aja deh…!gw jadi takut nih…!!

“Coba lo dengeriiin deh!!!

“Auughgghh..auaauauuuugh..tolong saya, toloong saya,!!!”

“Gw harus menolongnya, kalau lo enggak mau ikut yah udah gw pergi sendiri!!

Tanpa ragu-ragu lagi Lusi akhirnya meninggalkan Rita sendiri, tak lama kemudian Rita menyusul Lusi karena ia juga takut kalau harus tetap disitu sendiri,

“iiiih….ya udah gw ikuttt..Lagiaaan juga siapa mau disiini sendiri iiiiiiihhh..!!!
Samar-samar Lusi melihat seorang wanita berkepala botak itu sedang duduk menundukkan kepala. Perlahan Lusi menghampiri dan tangannya berusaha menyentuh bahu wanita itu. Ketika tangan Lusi hampir menyentuhnya, tiba-tiba wanita itu menoleh ke arah Lusi. Lusi kaget bukan main. Wajah wanita itu menyeramkan betul. Ditambah lagi, wanita itu… tidak punya bola MATA! Tidak punya bola MATA! Tidak punya…

Karena terkejut, Lusi terjengkang ke belakang. Wanita itu terus mendekati Lusi. Sementara itu, Rita mengajak Lusi untuk segera capcus dari tempat itu. Tapi… bagaikan di alam mimpi, mereka berlari di tempat. Seluruh badan mereka terasa berat. Sementara, wanita itu terus menghampiri mereka!

KEMBALIKAN RAMBUTKU! KEMBALIKAN RAMBUTKU!” pekik wanita itu. Suaranya terdengar mengerikan di telinga Rita dan Lusi.

Baik Lusi maupun Rita, sama sekali tidak mengerti apa maksudnya “kembalikan rambutku!” 

“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti!” Akhirnya Lusi berteriak, sambil menahan rasa takut.

Sosok wanita itu pun terus meminta rambutnya tanpa menjelaskan maksudnya. Dan, Lusi pun masih tetap tidak mengerti apa yang dimaksud wanita itu. Lusi terus berusaha untuk berlari diikuti Rita dari belakang. Wanita itu mendadak raib, hilang tanpa bekas. 

***
Beberapa jam berikutnya.

Mereka berlarian tak tentu arah. Mereka tidak lagi memikirkan mobil yang mereka tinggalkan di dekat terowongan tadi. Tahu-tahu, Lusi dan Rita mendatangi rumah Rara.

“Rita, tunggu! Sepertinya aku mengenal daerah ini,” Lusi mengernyit mengingat-ingat. “Sepertinya rumah Rara! Iya benar ini rumah Rara! Oh, Tuhan, akhirnya kita sampai juga di rumah Rara.


Dengan sedikit bingung Rita mengikuti saja ajakan Lusi masuk ke rumah itu! Tanpa ragu-ragu Lusi mengetuk rumah itu!

“Permisi, permisi.” 

Pintu pun dibuka. 

“Loh, kamu Lusi kan teman Rara? Ayo silakan masuk! Ini sudah malam dari mana kamu malam-malam seperti ini. Naik mobil?” Wanita paruh baya itu pun melihat-lihat keluar halaman dan ia pun tidak melihat kendaraan apapun disana dan itu membuatnya pertambah bingung!

“Mobil saya mogok tepat di depan terowongan jembatan tadi siang Bu! Dan ini teman saya, Rita.”

Ibu Rara terlihat seperti sudah mengetahui penyebab kenapa mobil Lusi mogok tepat di depan terowongan tersebut. Lusi memperhatikan wajah ibu Rara, sepertinya dia tidak terkejut sama sekali waktu Lusi mengatakan mobilnya mogok di sana.

“Kenapa. Bu? Sepertinya ibu tidak merasa aneh kenapa mobil saya mogok di tempat itu? Apa ibu mengetahui sesuatu?” Lusi bertanya.

Sebelum bercerita ibu Rara mempersilakan Lusi dan Rara masuk ke dalam rumah.

“Kalian masuk dulu, nanti ibu akan menceritakan semuanya pada kalian.”

Dan dengan sangat hati-hati Ibu Rara menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Lusi dan Rita

“Kejadian ini sudah lama sekali. Saat itu Rara masih berusia 14 tahun dan Sita, kakak Rara, berusia 17 tahun—ia begitu cantik dan banyak laki-laki yang mengejar-ngejarnya. Bahkan, ada beberapa pria berkeluarga yang rela meninggalkan istri-istri mereka demi mendapatkan Sita. Sita tidak mengindahkan mereka sama sekali. Sita sudah mempunyai seorang kekasih teman sekolahnya. 

Ada seorang pria yang begitu menginginkan Sita, yang akan melakukan hal apapun. Termasuk membiayai Sita kuliah. Setamat SMA, pacar Sita kuliah di Jakarta. Itu juga atas biaya si pria itu. Pacar Sita setuju dengan hal itu. Tampaknya, ia sama sekali tidak mengetahui niat busuk laki-laki itu. Karena demi membahagiakan Sita, laki-laki itu membujuk pacar Sita, jika ia kuliah di Jakarta ia akan mendapatkan pekerjaan yang bagus dan itu bisa membahagiakan Sita. 

Saat itu, mereka masih terlalu polos sama sekali tidak terpikir oleh mereka apa sebenarnya yang direncanakan laki-laki itu. Waktu pun terus berlalu. Pada tahun pertama pacar Sita masih sering mengirim kabar pada Sita. Laki-laki itu sendiri yang mengabari keadaan pacar Sita pada Sita, begitupun sebaliknya dia juga yang mengabari keadaan Sita pada kekasihnya bahwa Sita akan baik-baik saja dan dia berjanji akan menjaga Sita. Ternyata itu, hanya usaha laki-laki itu demi merebut hati Sita. Sita belum menyadarinya kalau itu hanya akal-akalan saja. Seiring berjalannya waktu, Sita mulai menyadari kalau laki-laki itu hanya berusaha memisahkan dia dengan kekasihnya. Sita pun sangat marah kepada laki-laki itu. 


Sita tidak mau lagi bertemu dengan laki-laki itu. Sita selalu menghindarinya. Laki-laki itu tidak terima begitu saja sikap Sita, namun ia berusaha memasang wajah baik di hadapan Sita. Lalu, pelan-pelan Sita mulai membenci sikap dan perilaku laki-laki itu, yang terus memaksa untuk menjadikan Sita kekasihnya. Akhirnya, Sita pun berencana pergi meninggalkan desa. Ia ingin pergi ke kota demi menghindari laki-laki itu. Tentu saja ibu tidak menyetujui niatnya itu, karena ia tidak mengenal siapapun di Jakarta. 

Ibu khawatir sekali. Namun, Sita tetap memaksa dan berusaha meyakinkan ibu kalau ia akan baik-baik saja di sana. Akhirnya, dengan sangat terpaksa ibu mengizinkan Sita pergi ke Kota. Setelah seminggu meninggalkan desa, ibu tidak pernah mendengar kabar dari Sita.

Suatu sore, ketika Ibu tengah santai, duduk-duduk di ruang tamu sambil menonton tv dengan Rara, seorang polisi datang. Polisi itu membawa kabar buruk dari langit bahwa mereka menemukan mayat seorang gadis di dekat terowongan. 

Polisi meminta ibu untuk memeriksa mayat sang gadis. Apakah ibu mengenalnya? Polisi itu sudah menanyakan ke setiap warga mereka tidak mempunyai anak gadis yang usianya sekitar 17 tahun. Hanya Ibu satu-satunya orang yang punya anak gadis seusia itu. 

Ketika melihatnya, Ibu tidak yakin itu mayat Sita. Ia tidak punya firasat apa-apa tentang kematian Sita. Namun, kematian adalah misteri Ilahi yang kedatangannya tidak bisa diterka. Kapan, di mana, dan bagaimana datangnya. Namun, polisi meminta Ibu untuk meyakinkan diri sendiri jika mayat itu bukanlah mayat Sita. 

Lalu, ibu pergi mengikuti polisi itu ke rumah sakit dan langsung menuju kamar mayat. Ketika mayat gadis itu dibuka! Ibu hampir tidak mengenalinya, karena kepalanya gundul! Lagi-lagi Ibu berusaha menyangkal kalau itu Sita. Sita mempunyai rambut yang hitam, panjang, indah, dan lebat. Namun, setelah Ibu memeriksa ulang seluruh tubuh mayat gadis, ternyata benar itu adalah Sita. Saat itu, Ibu sangat terpukul sekali kenapa ini bisa terjadi pada Sita. Padahal, ia anak baik dan tidak aneh-aneh. Hingga kini masih belum terungkap siapa pembunuh Sita!”

“Hingga kini, banyak penduduk desa yang mengaku melihat sosok “Sita” di dekat terowongan itu sampai ke danau. Ibu tidak tahu apa penyebab Rara bunuh diri itu semua masih misteri buat ibu.”

Wanita paruh baya itu tidak dapat menahan air matanya, jika ia mengingat kejadian itu ditambah lagi ia baru saja kehilangan Rara adik Sita. Sedangkan, suaminya sudah lama meninggal, karena sakit saat Sita dan Rara masih kecil. Kini, ia hidup sebatang kara ditemani misteri kematian kedua anaknya.

“Ibu hanya memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan ibu selalau berdoa agar anak-anak ibu tenang di alam sana dan semoga pembunuh Sita maupun Rara cepat terungkap. Karena, ibu merasa yakin kalau Rara meninggal bukan lantaran bunuh diri! Pasti ada sebab lain yang menyebabkan Rara bunuh diri?”

“Ibu minta tolong pada kalian agar membantu ibu mengungkap kematian Sita dan Rara agar mereka bisa tenang di alam sana.”

Setelah mendengar semua cerita Ibu Rara, Lusi baru mengerti kenapa mobilnya mogok ketika di terowongan. Ia sangat bersimpati dengan keadaan ibu Rara. Lusi pun berniat membantunya. Meski, ia tidak tahu harus memulainya dari mana.

“Ibu saya ingin sekali membantu ibu memecahkan misteri ini, tapi saya tidak tahu harus mulai dari mana dan bagaimana?” kata Lusi. 

Ibu Rara hanya terdiam lalu ia pergi menuju kamar Rara, lalu beberapa menit kemudian ia kembali ke ruang tamu sambil membuah sebuah foto.

“Kalian bisa menolong ibu di mulai dari foto ini! Ini foto laki-laki itu. Foto ini diambil pada saat pacarnya Sita pergi kuliah di Jakarta,” jelas Ibu. 

“Lalu, bagaimana kekasih Sita, Bu? Adakah kabar darinya sekarang?” Lusi bertanya bak seorang detektif. 

“Ibu juga tidak tahu, Nak. Sejak kematian Sita, tidak ada kabar lagi tentangnya.”

Dalam hati Lusi berkata memang misteri harus segera terungkap, karena jika tidak arwah Sita tidak akan pernah tenang di sana.

“Baiklah, Bu… kami akan coba bantu ibu untuk mencari tahu siapa pembunuh Sita apapun risikonya nanti. Ini demi Ibu, Rara, dan Sita!”

Ketika mendengar pernyataan Lusi, Rita langsung menarik Lusi, sepertinya Rita cukup keberatan dengan rencana temannya itu.

“Sssttt..Lus…lo udah gila yah, sok main detektif-detektifan, pakai bilang mau bantu cari pembunuh Sita, emang lo pikir gampang! Polisi aja sampe sekarang belum ketemu siapa pembunuh Sita!! Ishh, sotoy banget deh!” [baca cerpen horor lainnya, disini]

“Iiiih…apa sih…Rita!!!”

“Hei…sini sebentar! lo yakin mau bantu Ibunya Rara!!

“Iya…gw yakin, kenapa?,,Lo takut yah!

“Iiiiihh..gila lo yah…harusnya lo pikir-pikir dulu ini kan bukan urusan Lo,lagian juga apa hubungannya sama Lo,…iihhh..ngaco! cari penyakit aja sih!,pokoknya gw enggak ikutan!lo aja sendiri!

“Yah..udah lagian juga siapa yang minta bantuan lo!”

Dengan santai Lusy menanggapi komentar Rita, dan Rita sedikit kesal dengan keputusan Lusi,

“Lusi…gw pastiin sekali lagi, lo yakin mau bantu ibunya Rara??!

“Iya Rit….iih Bawel deh!!

Rita diam sejenak sambil mencoba mempertimbangkan apakah dia membantu Lusi atau tidak, lalu beberapa menit kemudian Rita berubah fikiran dan dia bersedia membantu Lusi karena ia juga tidak ingin sesuatu terjadi pada Lusi sahabatnya itu.

“Lus…yah udah gw mau bantu,tapi jangan seneng dulu,setelah semua ini selesai lo harus teraktir makan siang selama 1 bulan setuju!!

“Beneran Rit..okey..gw setuju banget!

Lusi sangat senang sekali karena Rita ingin membantunya untuk menyelidiki dan mengukap Misteri kematian Sita.

“Thanksssss…..Rita lo emang sahabat gw paling baiiiiiik….”

“Aaah..udah…udah…enggak usah ngejilat deh!!..biasa aja!’..

“Ceuilleeeee..gitu aja marah, cepet keriput tau rasa Lo!!”
Malam itu, Lusi dan Rita bermalam di rumah Rara. Mereka tidur di kamar Rara. Suasana kamar Rara begitu lembab dan membuat bulu kuduk Lusi dan Rita merinding. Lusi tidak bisa tidur dengan tenang. Ia tampak gelisah, karena otaknya berpikir bagaimana memecahkan misteri ini. Sementara, Rita sudah ngorok dengan nyenyak. Karena belum bisa tidur, Lusi memutuskan melihat-lihat isi kamar Rara.

Ketika Lusi baru saja membuka Laci meja Rara, tiba-tiba sebuah kotak kecil jatuh. Isi dari kotak itu berhamburan keluar. Lalu, Lusi mengambil satu persatu isi kotak tersebut tiba-tiba ia menemuka sebuah surat kecil dan surat itu tertulis.

     Temui aku dekat terowongan, sore ini.
     AW


Setelah membaca isi surat tersebut, benak Lusi dipenuhi tanda tanya. Kepada siapa surat itu ditujukan? Siapa AW?

Jam sudah menujukkan pukul 2 dinihari, dan Lusi masih belum bisa memejamkan matanya. Ia menyimpan surat kecil itu. Rencanya surat itu akan ia tunjukan kepada ibu Rara, mungkin ibu Rara mengenal insial dari nama AW tersebut.

Lalu Lusi mencoba merebahkan kembali tubuhnya mencoba untuk tidur, dan baru beberapa menit ia memejamkan matanya. Ia kembali bermimipi yang sama seperti malam-malam sebelumnya seperti ada yang mengejarnya dan meminta rambut itu dikembalikan dan ia pun terbangun dan keringat membasahi dahi Lusi seperti habis lari.

“Kenapa di mimpiku selalu ada wanita itu dan kenapa aku selalu mimpi yang sama setiap malam ia selalu meminta rambutnya dikembalikan, apakah ada hubungannya dengan rambut yang aku pakai? Tiba-tiba Lusi teringat rambut extensionnya yang baru saja dia pasang satu bulan yang lalu, jika benar ini ada hubungannya aku harus mencari tahu.”

Sambil terus berpikir lama kelamaan Lusi tertidur. 

Hari sudah pagi, dan Rita sudah bangun lebih dulu karena ia sudah tertidur sejak sore tadi. Melihat Lusi masih tidur dengan pulas Rita pun akhirnya pergi untuk mandi dan bersiap-siap 


“Lus…lusiii…bangun udah siang nih….lo mau pulang enggak?”

“Hmmmmmm…berisik banget deh,….”

“iiiih..berisik-berisik,…mau pulang enggak, terus apa kabar sama mobil kita?”

“Iya..ya…bawel deh..!!

Akhirnya Lusi pun cepat-cepat bangun dan lansung pergi ke kamar mandi,akan tetapi isi kepala lusi yang ada hanya pertanyaan demi pertanyan dan mencoba mencari jawaban atas misteri tersebut,setelah Lusi selesai mandi ia mencoba merapikan diri didepan washtafel tiba-tiba ia melihat seperti ada sosok yang sedang berjokok dengan menudukan kepala,dan posisi wanita berjongkok sama persis dengan apa yang dia lihat di pinggir danau tadi siang,perlahan ia mencoba memaligkan wajahnya kearah sosok tersebut,sosok itu tidak terlihat lagi!!

Lusi langsung keluar dari kamar mandi dengan tergesa-gesa hampir saja ia menabrak Rita.

“Hei..ada apa Lus kayak yang habis ngeliat hantu gitu sih!”

“Rita…sorry…kayaknya gw ga bisa ikut pulang sama lo deh,banyak yang harus gw selsaikan disini karena gw yakin ini semua ada hubungannya dengan hair extension  yang gw pakai ini!”

“Aaaah….jangan ngaco Lus…gw yakin ini cuma obsesi lo aja, dan ini engga ada hubungannya dengan hair extension yang lo pakai..Lus!!”

“Lo engga akan percaya dengan apa yang gw bilang Rit..karena lo engga ngerasain apa yang gw rasain!!”

“Okey…okey..gw emang engga ngerasain apa yang lo rasain,tapi ini semua enggak masuk diakal,gw engga percaya dengan hal-hal kayak begini!!

“Okey…Rit..lo boleh engga percaya dan lo boleh tinggalin gw disini sendiri biar gw sendiri yang akan menguak misteri ini sendiri!

Rita dan Lusi berdebat hebat karena Rita hanya ingin mereka pulang dan hidup dengan normal tidak dipusingkan dengan hal-hal yang bukan urusan mereka,akan tetapi Lusi tetap kekeh dengan keinginanya,untuk menguak misteri ini karena ia tidak ingin diganggu dengan Mimpi buruk terus menerus dan tidak hanya mimpi buruk terkadang Lusi melihat secara nyata!
Akhirnya, mereka berdua berusaha tenang dan diam sejenak untuk memikirkan jalan keluar bagi mereka berdua. Rita pun mengalah. Dia bersedia menemani Lusi sampai masalah ini selesai.

“Ok, gue ikut! Tapi, pastiin ke gue kalau cerita lo itu benar!” tukas Rita.

“Gue akan buktiin sama lo jika yang gue lihat dan rasa, semua nyata bukan obsesi gue. Thanks Rita, akhirnya lo mau ngertiin dan mau nemenin gue sampai masalah ini selesai,” sahut Lusi. 

Akhirnya, mereka berpamitan kepada ibu Rara untuk mengambil mobil mereka yang mogok dekat terowongan kemarin siang. Mereka berjalan kaki dari rumah Rara sampai ke terowongan yang cukup jauh, jika ditempuh dengan berjalan kaki. Tiba-tiba di jalan, ia berpapasan dengan seorang laki-laki berusianya sekitar 30 tahun ke atas. Laki-laki itu menatap Lusi dan Rita dengan tajam. Dengan wajah sedikit tertunduk Rita dan Lusi melanjutkan perjalanan menuju terowongan tersebut.

Beberapa jam kemudian akhirnya mereka sampai di terowngan itu lalu Lusi langsung mencoba menstater mobilnya tanpa lama-lama lagi mobil Lusi sudah bisa jalan kembali, Lusi merasa sangat heran karena tiba-tiba mobilnya bisa jalan kembali seperti tidak ada masalah, dan setelah itu  Lusi kembali kerumah Rara, ketika sampai disana rumah Rara kosong Lusi tidak bertemu dengan Ibu Rara ia sudah berusaha memanggil-manggil ibu Rara akan tetapi tidak ada jawaban dari ibu Rara, Lusi mencari-cari ke Setiap ruangan akan tetapi semua kosong tidak ada siapa-siapa disana, tiba-tiba lusi mendengar suara orang menangis lirih seperti merasakan sakit bukan main, Lusi pun mencari asal suara itu ruangan demi ruangan akan tetapi ia tidak menemukan asal suara itu , tiba-tiba…

“Bugssss!!...” sebuah hantaman telak menghantam tengkuk lusi dan Lusi pun jatuh tak sadarkan diri.

Karena cukup lama Rita menunggu Lusi tidak keluar dari Rumah, Akhirnya Rita mencoba mencari Lusi masuk kedalam rumah,akan tetapi Rita tidak menemukan Lusi sudah 2 x keluar – masuk rumah Rita tetap tidak menemukan Lusi,dan Rita sangat cemas sekali karena tidak dapat menemukan temannya itu akhirnya Rita pun kembali masuk kedalam mobil sambil menunggu Lusi,

Sementara di tempat lain Lusi yang sedang tidak sadarkan diri dibawa oleh seorang laki-laki yang tadi sempat berpapasan dengannya di jalan, sepertinya laki-laki tersebut mengetahui tujuan Lusi datang kedesa ini karena secara diam-diam laki-laki tersbut sudah melihat Lusi bolak-balik kerumah Rara! 


Setelah hampir setengah jam akhirnya Lusi pun siuman dari pingsannya dani a sangat kaget sekali karena dia sudah berada di tepi danau persis tempat ia melihat seorang wanita itu dianiyaya oleh seorang laki-laki,

“Dimana aku?!! Kenapa  tiba-tiba aku ada disini?!dan melihat sosok laki-laki itu tepat dihadapannya sedang menatap tajam dirinya.

“Hei..siapa kamu!!kenapa aku bisa ada disini?!”

“kamu mau tau siapa saya!!....saya adalah kekasih Sita, Andi Wiguna!”

Lusi pun kaget bukan main ketika ia mengatakan bahwa laki-laki itu adalah kekasih Sita,ditambah lagi ia menyebutkan namanya “Andi Wiguna” dan Sita pun langsung teringat surat kecil yang bertuliskan inisial “AW”, apakah itu singkatan dari Andi Wiguna??,bisik Sita dalam hati.

“Hah jadi kamu kekasih Sita?! terus apa maksud semua ini!!..iyaaaah..sekarang aku baru ingat sekamu kan yang membunuh Sita!dan kamu juga kan yang menuliskan sebuah surat kepada Sita?!

Laki-laki itupun tak kalah terkejutnya dengan Lusi, karena Lusi telah mengetahui kalau dialah yang membunuh Sita. Namun, laki-laki itu tidak langsung mengaku kalau memang dialah pembunuhnya.

“Bukti apa yang kalian punya, jika aku yang membunuh Sita?” hardik si Andi Wiguna.

Lusi sempat kebingungan ketika ditanyakan bukti dari mana kalau dia tahu, bahwa dial ah pelakunya

Lalu Lusi menunjukan sebuah surat yang bertuliskan pesan singkat dan berinisial “AW”.

“Surat ini dari kamu kan!kamu ingin Sita menemui kamu di terowongan itu kan dan dibawah nya tertanda “AW” ini kependekan dari nama “Andi Wiguna” iyah kan!!

Dan laki-laki itu pun tertwa sinis kepada Sita,

“Hei…dengar yah bukti itu tidak cukup kuat untuk membuktikan kalau aku membunuh Sita”,

“ Aku sama sekali tidak mengarang cerita,aku benar-benar mengetahui semuanya Sita selalu datang di Mimpi ku dan mengatakan kepadaku kalau yang membunuhnya adalah kekasihnya sediri!!

Terpaksa Lusi berbohong didepan laki-laki itu karena ia hanya ingin memancing kejujuran laki-laki itu walaupun sebenarnya Lusi tidak tahu siapa wanita yang dimimpinya itu karena wajah Sita sangat berbeda dengan di Photo yang dia pernah lihat dirumah Rara,.

Dan laki-laki itu pun terlihat sangat ketakutan ketika Lusi mengatakan hal itu, akan tetapi ia sama sekali tidak terpancing oleh Sita,

“Bukti itupun tidak cukup kuat untuk membuktikan kepada polisi kalau aku pembunuhnya “

“Jadi benar bahwa kamu pembunuhnya?! Lusi tetap kekeh bahwa laki-laki itu pembunuhnya,

Akhirnya laki-laki itupun mengaku pada lusi memang dia pembunuh Sita atas dasar cemburu!

“Iyah….memang aku yang membunuh Sita, karena Sita sudah berkhianat padaku dan ingin menikahi laki-laki sialaaan itu!dan ketika Sita bersumpah kepadaku kalau ia tidak mengkhinatiku,aku pura-pura percaya dan aku menuliskan surat untuk menemui aku diterowongan itu,lalu aku menyeretnya ke danau ini dan memukulnya lalu aku menghabisi rambut kesayangannya itu,aku menggundulinya dan mayatnya sengaja aku buang di terowongan itu agar orang lain menemukan mayatnya dan menguburkan Sita dengan layak!

Lusi sangat lega mendengar semua itu,dan ketika ia hendak pelan-pelan meninggalkan tempat itu Andi wiguna menyadarinya dan buru-buru menarik rambut Lusi.

“Heeeeiiiiiiiii…mau kemana kamu!! Kamu pikir dengan mengetahhui semuanya kamu bisa lari seenaknya,kamu tidak akan bisa lari,karena nasib kamu akan sama seperti Sita dan Rara! Kamu mau tahu kenapa Rara bunuh diri! Karena aku sudah memperkosanya karena dia sudah mengetahui semuanya,Rara sudah tahu kalau aku yang membunuh Sita dan dia tidak berani mengatakan kepada siapapun karena aku mengancam akan membunuh ibunya! Lalu mungkin ia memutuskan untuk bunuh diri karena dia terlalu takutttt! Hahahahaha..dan kamu tahu rambut yang kamu pakai itu adalah rambut Sita,aku menjualnya kesebuah salon!!

Andi Wiguna tertawa dengan puas karena dia merasa kalau kejahatannya tidak akan terungkap oleh siapapun dan tidak ada yang akan tahu kalau selama ini dialah orang membunuh Sita,dan menyebabkan Rara bunuh diri! [baca cerpen horor lainnya, 
disini]

Karena ia berencana akan membunuh Lusi juga karena Lusi telah mengetahui semuanya,keitka Lusi berusaha untuk kabur Andi langsung menyeretnya sama seperti apa yang ia lakukan pada Sita dan ketika Andi mulai mengayunkan parangnya tiba-tiba Rita datang dan menolong Lusi,lalu mereka berdua berusaha membela diri sekuat tenaga mereka,Tiba-tiba Rita mengambil Parang yang tadi di pegang oleh Andi dan berusaha menyerang andi dengan parang tersebut dengan membabi buta dan akhirnya andi terkena oleh sabetan parang tepat di perut dan andi pun jatuh tidak berdaya,tanpa membuang waktu mereka langsung pergi meninggalkan tempat itu tanpa memperdulikan andi.

Lalu Lusi dan Rita kembali kerumah Rara dan  ia bertemu dengan ibu Rara,  Lusi langsung menceritakan kejadian yang baru saja ia dan Rita Alami dan Lusi memberitahukan kepada ibu Rara kalau selama ini yang membunuh Sita dan juga memperkosa Rara itu adalah Andi,I bu Rara tidak percaya dengan apa yang diceritakan oleh Lusi karena yang ia tahu selama ini Andi Kuliah Jakarta yang tinggal hanya laki-laki yang dulu menyukai Sita,dan ibu Rara lebih mecurigai laki-laki itu ketimbang Andi,Karena yang Ibu Rara tahu Andi sangat menyayangi dan mencintai Sita jadi tidak mungkin dia sampai membunuh Sita dan memperkosa Rara,

Lusi berusaha keras meyakinkan Ibu Rara kalau memang andi pembunuhnya,dan b membawa ibu Rara ke danau itu untuk membuktikan kalau andilah pelakunya!,

Beberapa menit kemudian mereka sampai didanau itu,Lusi dan Rita sangat terkejut bukan main karena disanaaaa, Mereka tidak menemukan Mayat ANDI!!!

“Ini tidak Mungkiiiiiiin,,,,,Ritaaaa dimana dia?!!

“Gw enggak tauuuu..tadi…tadi dia..masih disini kan waktu kita lari meninggalkan danau ini!!!

Tanpa berkata apa-apa ibu Rara pergi meninggalkan danau itu dengan hati kecewa karena mereka tidak dapat membuktikan apa-apa dan ibu Rara menganggap ini hanya halusinasi atau abosesi mereka saja Ibu Rara terlihat sangat sedih karena kematian anak-anaknya tidak akan pernah terungkap dan akan tetap menjadi Misteri baginya.

Dan Andi tiba-tiba hilang entah kemana ia tidak ada di danau itu, danau itu pun terlihat sangat tenang seperti tidak terjadi apa-apa,Lusi dan Rita pun akhirnya kembali ke Jakarta dan sesampainya dijakarta Lusi langsung melepaskan RAMBUT nya dan akan menyimpannya,dalam hati Lusi berjanji pada Sita akan menyimpan RAMBUT itu.

“Maaf Sita aku tidak dapat membantu kamu untuk manangkap Andi, dia tiba-tiba menghilang didanau itu biarlah TUHAN yang akan menghukumnya,relakan dia dan aku akan menyimpan rambut kamu agar tidak dipakai oleh orang lain, selamat Jalan Sita semoga kamu tenang di alam Sana..”[TAMAT]

No comments:

Post a Comment